Untuk benar-benar memahami rencana Yesus, kita harus mempelajari Perjanjian Baru sebagai laporan saksi mata utama tentang Tuhan yang bekerja. Sayang, sering kali tidak kita sadari bahwa hidup Kristus juga mencakup cara mengajarkan cara hidup kepada orang lain.

Yesus merupakan pengajar yang sempurna. Dia tak pernah salah. Meski Dia telah merendahkan diri- Nya sampai menjadi sama seperti kita dan telah dicoba dengan segala percobaan yang kita alami, Dia tidak dibatasi kelemahan-kelemahan daging yang Dia terima untuk kepentingan kita. Dia hidup sebagai Allah yang tinggal di antara manusia.

Kehidupan- Nya di dalam daging tidak lain untuk menyatakan rencana Allah. Rencana itu selalu ada di pikiran-Nya. Untuk merealisasikan rencana tersebut, Yesus memiliki metode menarik dengan memanggil beberapa murid.

Perhatian-Nya bukan pada program yang menjangkau orang banyak, tapi orang yang akan diikuti umat. "Yesus bahkan sudah mengumpulkan beberapa orang, yang kelak menjadi murid-Nya, sebelum Dia merancang kampanye penginjilan atau berkhotbah di depan banyak orang, " tulis buku ini (hlm 19). Orang-orang yang dipilih menunjukkan golongan masyarakat rata-rata pada zaman itu.

Mereka bukan jenis golongan yang diperkirakan dapat memenangkan dunia bagi Kristus. Namun, Yesus melihat potensi kepemimpinan bagi kerajaan-Nya pada diri orang-orang sederhana itu. Mereka memang orang biasa dan tidak terpelajar, tapi mau diajar. Yang terpenting kerinduan yang tulus akan Allah dan kebenaran-Nya.

Dari fakta ini kita melihat kebenaran praktis dari cara Yesus. Inilah kejeniusan metode-Nya. Dengan mendalami-Nya kita akan kembali ke prinsip pokok tentang konsentrasi pada orang-orang yang hendak dipakai- Nya. Dunia tidak dapat berubah jika orang-orang yang di dalamnya tidak berubah. Orang-orang tidak berubah jika mereka tidak dibentuk di tangan Tuhan (hlm 70).

Namun demikian bukan berarti Yesus mengabaikan banyak orang karena berkonsentrasi kepada beberapa murid. Dia tetap berkhotbah di depan orang banyak yang mengikuti-Nya dalam pelayanan yang menghasilkan banyak mukjizat. Yesus mengajar, memberi makan ketika lapar, menyembuhkan penyakit, dan mengusir setan.

Yesus juga memberkati anak mereka. Kadang waktu Yesus sepanjang hari dihabiskan untuk melayani kebutuhan-kebutuhan masyarakat sampai sampai makan pun tidak sempat (Markus 6: 31). Prinsip Yesus tersebut jarang dipraktikkan secara konstan dalam pelayanan saat ini. Kebanyakan upayaupaya penginjilan Gereja dimulai dengan orang banyak dengan asumsi Gereja tetap dapat melakukan yang baik.

Akibatnya kita lebih mementingkan sejumlah pengunjung calon penerima baptisan, dan pertambahan anggota Gereja. Mereka hanya sedikit atau tanpa kerinduan yang sungguh untuk melihat pertumbuhan jiwajiwa dalam kasih dan kuasa Allah (hlm 28). Yesus mengajarkan, metode pelayanan harus meliputi bimbingan pribadi orang yang dipercayakan.

Melakukan yang sebaliknya pada dasarnya berarti menyerahkan orang-orang percaya baru itu kepada orang yang tidak kompeten. Ini berarti diperlukan sistem tertentu agar setiap petobat memiliki rekan yang akan membimbingnya. Pembimbing harus sesering mungkin bersamasama dengannya untuk melakukan pendalaman Alkitab, menjelaskan kebenaran, dan melayani orang.

Buku ini sebuah penelitian tentang prinsip-prinsip yang mendasari pelayanan Yesus dan prinsip-prinsip yang menentukan metode-metode- Nya. Bisa juga disebut penelitian tentang strategi penginjilan dalam kehidupan Yesus.

Diresensi Miftahul Khoiri, Mahasiswa Pascasarjana UIN Sunan Kali Jaga

Baca Juga: