PARIS - Sekelompok perusahaan termasuk Meta dan Spotify mengecam Uni Eropa pada hari Kamis (19/9) karena pengambilan keputusan yang "terfragmentasi dan tidak konsisten" tentang privasi data dan kecerdasan buatan (AI).
Perusahaan-perusahaan tersebut beserta sejumlah peneliti dan badan industri menandatangani surat terbuka yang mengklaim bahwa Eropa sudah menjadi kurang kompetitif dan berisiko semakin tertinggal di era AI.
Para penandatangan menyerukan "keputusan yang selaras, konsisten, cepat, dan jelas" dari regulator privasi data untuk "memungkinkan data Eropa digunakan dalam pelatihan AI untuk kepentingan warga Eropa".
Surat tersebut mempersoalkan keputusan terkini berdasarkan peraturan perlindungan data umum (GDPR) tahun 2018.
Meta, yang memiliki Facebook, WhatsApp, dan Instagram, baru-baru ini menghentikan rencana untuk mengumpulkan data dari pengguna Eropa guna melatih model AI-nya setelah mendapat tekanan dari regulator privasi.
"Akhir-akhir ini, pengambilan keputusan regulasi menjadi terfragmentasi dan tidak dapat diprediksi, sementara intervensi oleh Otoritas Perlindungan Data Eropa telah menciptakan ketidakpastian besar tentang jenis data apa yang dapat digunakan untuk melatih model AI," kata surat itu.
Seorang juru bicara Komisi Eropa mengatakan pada saat itu bahwa semua perusahaan di UE diharapkan mematuhi aturan privasi data.
Meta menghadapi denda yang sangat besar karena melanggar privasi pengguna, termasuk denda tunggal lebih dari satu miliar euro berdasarkan GDPR.
Selain aturan privasi data, Eropa menjadi blok regional pertama yang merumuskan undang-undang utama yang bertujuan menghentikan penyalahgunaan teknologi -- Undang-Undang AI-nya mulai berlaku awal tahun ini.
Meta dan raksasa teknologi lainnya semakin menunda produk untuk pasar Eropa dengan alasan mereka mencari kejelasan hukum.
Meta menunda peluncuran alternatif Twitter Threads di seluruh Uni Eropa selama beberapa bulan tahun lalu.
Google juga telah menahan peluncuran alat AI di UE.