Museum Besar Mesir atau Grand Egyptian Museum (GEM) yang telah lama dinantikan akhirnya mulai memasuki masa uji coba operasional pada 15 Oktober 2024 setelah mengalami penundaan selama bertahun-tahun. GEM disebut sebagai museum arekolog terbesar di dunia yang terletak di seberang Piramida Giza, Mesir.
Lebih dari 20 tahun dalam proses pembangunan, GEM yang luas di sebelah Piramida Giza awalnya dijadwalkan dibuka pada tahun 2012. Namun, pembukaan museum yang telah dibangun selama lebih dari satu dekade itu telah berulang kali ditunda karena berbagai alasan, seperti pembengkakan biaya, kekacauan politik, dan pandemi Covid-19.
Museum barang antik Mesir yang sangat luas dan telah lama tertunda ini akan membuka sebagian galeri utamanya pada hari Rabu (16/10), termasuk 12 aula yang memamerkan berbagai aspek dari Mesir kuno. Aula pintu masuk utama museum dengan tangga patung-patung Firaun dan sebuah paviliun untuk belanja komersial dibuka untuk umum pada bulan Februari 2023.
Perdana Menteri Mesir Mostafa Madbouly pekan lalu mengumumkan pembukaan percobaan menjelang peresmian resmi. Para pejabat Mesir mengatakan bahwa sejumlah pemimpin dunia telah menyatakan ketertarikannya untuk menghadiri pembukaan resmi namun belum menyebutkan kapan hal ini akan dilakukan.
Sementara itu, GEM yang merupakan sebuah proyek besar yang terkenal dan telah menghabiskan biaya lebih dari 1 miliar dolar AS atau setara 765 juta Euro itu akan sejauh ini, akan membuka ruang-ruangnya untuk 4.000 pengunjung sebagai uji coba hingga tanggal pembukaan resmi, yang masih belum diumumkan, demikian menurut Al-Tayeb Abbas, asisten menteri barang kuno.
Ali Abu Dshish, anggota Persatuan Arkeolog Mesir mengatakan bahwa uji coba pengoperasian museum yang luas ini merupakan bukti bahwa Mesir kini memiliki ruang untuk memamerkan benda-benda purbakala, termasuk benda-benda yang dikembalikan oleh negara-negara Barat dan museum-museum.
"Ini adalah pesan penting bahwa kita dapat memulihkan barang antik kita, yang tersebar di berbagai negara di dunia," katanya, dikutip dari Reuters, Jumat (18/10).
Dilansir dari The Guardian, lebih dari 100.000 artefak harta karun kuno Mesir akan dipamerkan di museum arkeologi terbesar di dunia, menurut situs web informasi negara Mesir. Pameran di 12 aula tersebut menyoroti masyarakat, agama, dan doktrin di Mesir kuno, tambahnya. Semua aula bergaya terbuka telah diklasifikasikan berdasarkan dinasti dan urutan sejarah, dan masing-masing akan memamerkan setidaknya 15.000 artefak.
Era yang akan dipamerkan di galeri utama termasuk periode menengah ketiga (sekitar 1070-664 SM), periode akhir (664-332 SM), periode Yunani-Romawi (332 SM-395 M), kerajaan baru (1550-1070 SM), kerajaan menengah (2030-1650 SM), dan kerajaan lama (2649-2130 SM). Salah satu aula memajang patung-patung "elit raja": anggota keluarga kerajaan dan pejabat tinggi yang bekerja di ketentaraan, kependetaan, dan pemerintahan. Beberapa bagian dari situs ini telah dibuka untuk tur terbatas sejak akhir tahun 2022 untuk menguji pengalaman pengunjung dan kesiapan operasional museum.
Tangga megah setinggi enam lantai dengan pemandangan piramida, dan area komersial yang terbuka untuk umum, menampilkan monumen dan artefak yang mencakup sarkofagus dan patung. Bagian lain dari museum ini, termasuk koleksi harta karun Raja Tutankhamun, akan dibuka di kemudian hari. Semua aula dilengkapi dengan teknologi canggih dan menampilkan presentasi multimedia untuk menjelaskan kehidupan bangsa Mesir kuno, termasuk raja-rajanya, menurut Eissa Zidan, direktur jenderal restorasi awal dan pemindahan benda-benda kuno di museum tersebut. Salah satu aula akan menggunakan realitas virtual untuk menjelaskan sejarah penguburan dan perkembangannya di seluruh Mesir kuno.
Seorang turis Rusia yang sedang berkunjung, Kseniia Muse mengaku sangat senang berada di GEM.
"Kami sangat senang berada di sini, mengunjungi patung-patung yang indah ini. Sangat modern dan pada saat yang sama Anda dapat menyentuh sesuatu yang kuno," ucapnya.
Pariwisata merupakan sumber pendapatan mata uang asing yang penting bagi Mesir. Pemerintah telah berusaha untuk meningkatkan jumlah wisatawan setelah menghadapi kekurangan mata uang asing yang telah berlangsung lama yang diperburuk oleh guncangan eksternal. Hingga saat ini, koleksi Mesir yang paling terkenal disimpan di Museum Mesir di Tahrir Square, Kairo, yang sebagian besar tidak dimodernisasi dan tidak direnovasi sejak dibuka pada tahun 1902.