Apa yang bisa diingat dari hubungan antara Indonesia dan Jepang, selain warna benderanya yang sama? Bisa dibilang salah satunya adalah Jak-Japan Matsuri atau JJM, yakni festival tahunan di Jakarta. Tahun ini adalah pe rayaannya yang ke-9.
Lapangan Aldiron di Pancoran, Jakarta Selatan mendadak menjadi semarak. Sebagai tempat penyelenggaraan JJM 2017, lapangan ini penuh dihiasi berbagai ornamen berbau Jepang. Ada lampion-lampion yang mengelilingi lapangan serta dua panggung besar di dalamnya.Tak ketinggalan 180an stan dengan beragam produk yang ditawarkan, mulai produk kecantikan, otomotif hingga aneka kuliner Jepang yang nampak menggiurkan.
Kazumori Kobayashi, Ketua Komite JJM dalam sambutannya mengatakan JJM yang rutin dilakukan setiap tahun ini merupakan salah satu satu upaya untuk terus menghidupkan ikatan persahabatan atau kizuna di antara ke dua negara. Menurutnya selama ini kedua negara ini telah menjalin kerjasama diplomatik yang baik melalui berbagai kegiatan.
"Kami berharap dan sangat senang jika JJM dapat berkontribusi bagi eratnya persahabatan kedua negara. Selama ini, di tengah budaya pop culture Jepang seperti anime, manga bahkan cosplay pun mulai akrab sebagai budaya baru Jepang diIndonesia. Pertukaran pada tingkat pemerintah di antara kedua negara pun aktif dilakukan jadi diharapkan pertukaran di tingkat masyarakatpun semakin akrab," kata Kazumori.
Sementara itu Dubes Jepang untuk Indonesia, Masufumi Ishii, berharap JJM 2017 bisa menjadi perayaan pembuka untuk menandai hubungan diplomatik ke dua negara yang ke-60 pada Januari 2018.
Beragam acara ditampilkan dalam even tahunan yang berlangsung selama dua hari di awal September ini. Para pengunjung dapat saling bertukar kebudayaan masing-masing melalui berbagai pertunjukan seni dan budaya yang dilakukan dua hari berturut-turut ini.
Misalnya parade mikoshi, yakni tradisi pengusungan tandu tradisional Jepang. Tandu mikoshi merupakan tandu yang dihiasi dengan aneka ornamen yang membuatnya menjadi ceria dan megah. Tradisi ini dikaitkan dengan pemujaan roh dari kuil shinto di Jepang. Sementara dari Indonesia ada pertunjukan lenong Betawi yang menjadi tradisi budaya khas Betawi.
Mewakili Pemda DKI Jakarta, Sahat Parulian,Asisten Deputi Gubernur DKI Jakarta Bidang Industri dan Perdagangan mengatakan, selama ini Jepang berada dalam lima besar investor di Jakarta. Jakarta juga membangun kerjasama sister city dengan kota Tokyo. Dengan JJM diharapkan bisa membawa hubungan kedua kota besar ini semakin erat dan bisa saling mengenal budaya satu dengan lain dan membuka kerja sama di banyak bidang lainnya.
"Kalau dilihat Indonesia dan Jepang memiliki banyak kesamaan. Warna bendera kita sama dan kita sama-sama negara yang mempertahankan budaya ketimuran," tambah Sahat. nik/R-1
Ragam Produk dan Kuliner Khas
Dengan berbagai alasan, kuliner Jepang memang cukup familiar dan memiliki banyak penggemar di Indonesia. Sebagai salah satu produk budaya masyarakat, kuliner pun menjadi salah satu agenda dan daya tarik dari Jak-Japan Matsuri 2017 ini.
Beragam kuliner khas Jepang seperti susshi, udon, takoyaki dan lain sebagainya dijajakan dalam festival yang berlangsung selama dua hari tersebut. Para pengunjung pun tampak antusias untuk berburu aneka kuliner yang dibanderol dengan harga yang cukup terjangkau ini. Berkisar antara 15.000 hingga 50.000 rupiah.
Masuknya kuliner Jepang ke Indonesia sendiri ditandai dengan hadirnya Kukigawa, sebuah restoran Jepang yang mulai membuka dapurnya di daerah Cikini pada akhir 60an. Setelah itu, restoran-restoran Jepang mulai hadir dengan beragam sajian makanan mereka. Termasuk kehadiran Hoka-Hoka Bento yang menjadi restoran cepat saji dan membuat kuliner Jepang lebih akrab lagi dengan lidah Indonesia.
Pangsa pasar makanan Jepang merambat tidak hanya sekelas restoran. Belakangan, penjaja kali lima di jalanan Ibukota juga mulai menyuguhkan aneka sajian jajanan Jepang seperti takoyaki, okonomiyaki, udon dan lain sebagainya. Semuanya bisa dengan mudah ditemui di jajanan kaki lima saat ini.
Megi, salah satu pengunjung JJM mengatakan kuliner memang menjadi daya tarik yang menggerakan langkahnya ke JJM, selain kegemarannya pada anime-anime Jepang. "Banyak makanan yang kadang tidak di jual di took, tapi cuma ada pas festival seperti sekarang," kata Megi.
Salah satu makanan Jepang yang dimaksud Magi adalah Ringo Ame. Ini sejenis manisan permen yang khas dari Jepang. Biasanya terbuat dari apel dengan bentuk yang sangat cantik.
Kabayoshi, salah satu peserta pameran yang menjajakan Ringgo Ame mengaku memang ingin memperkenalkan kuliner Jepang yang satu ini kepada masyarakat secara luas."Kalau seperti tepan (tepannyaki), udon itu kan sudah familiar. Tapi kalau ringo ame memang jarang yang jual," kata Kabayoshi.
Selain menampilkan aneka kuliner Jepang, JJM 2017 juga dipenuhi dengan stan dengan beragam produk dari Jepang. Seperti minuman teh kemasan dari Jepang, produk kecantikan, hingga pembalut dan pokok bayi. Semua serba Jepang. nik/R-1
Meriah dengan "Cosplayer"
Setidaknya perlu waktu satu minggu bagi Megi untuk tampil sempurna ala Ene dalam serial Mekaku City Actors. Ia harus menjahit baju dan mengumpulkan berbagai pernak pernik untuk menyempurnakan karakternya.
Megi merupakan salah satu dari banyak cosplayer yang hadir dalam JJM 2017 di lapangan Aldiron. Cosplay sendiri merupakan hobi mengenakan pakaian beserta aksesoris dan riasan wajah seperti yang dikenakan tokoh dalam anime, manga, film kartun dan lain sebagainya. Pemakai kostumnya disebut cosplayer.
Bersama temannya, Megi datang dari Bekasi untuk memeriahkan ajang cosplay yang menjadi bagian dari JJM 2017.
"Saya baru sekali ini mengenakan karakter Ene. Wignya saya pesan secara online dan bajunya saya jahit sendiri," kata Megi. Ini adalah tahun ke dua Megi menghadiri JJ.
Cosplayer lainnya adalah Edo. Edo merupakan penggemar serial Naruto. Tapi kali ini, Edo menampilkan karakter Sasuke dengan pakaian serba hitam dan make up tebal."Ya habis ratusan ribulah," kata Edo.
Kehadiran cosplayer dengan beragam karakter dalam JJM memang menjadi daya tarik sendiri bagi para pengunjung lain. Kehadirannya semakin menyemarakan dan memeriahkan festival tahunan tersebut. "Unik, lucu dan sangat kreatif. Jadi berasa seperti di Jepang," kata Umi, pengunjung lain di JJM 2017. nik/R-1