Para pemimpin negara-negara kepulauan Pasifik memberikan peringatan kepada Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok. Ini disampaikan dalam pertemuan Forum Kepulauan Pasifik (PIF) yang digelar di ibu kota Fiji, Suva, pada pekan lalu.

Dilansir dari Al Jazeera, negara-negara Pasifik itu menekan agar AS dan Tiongkok mengambil tindakan lebih banyak untuk menangani persoalan perubahan iklim. Tekanan itu dilontarkan kepada AS dan Tiongkok sebagai negara penyumbang polusi tertinggi di dunia.

Sebab, negara-negara Pasifik turut merasakan dampak paling parah dari perubahan iklim yakni naiknya permukaan air laut yang dikhawatirkan mampu menenggelamkan beberapa wilayah daratan.

"Yang paling penting bagi kami adalah kami mendapatkan komitmen yang berani dari semua negara di COP27 untuk menghapuskan batu bara dan bahan bakar fosil lainnya secara bertahap dan meningkatkan pembiayaan ke negara-negara yang paling rentan dan terdepan dari segi 'kerugian dan kerusakan' sangat berarti bagi yang paling di masyarakat yang ada di kepulauan berisiko," kata Presiden Fiji Frank Bainimarama, dikutip dari Al Jazeera, Senin (18/7).

"Kami tidak bisa menerima kurang dari kelangsungan hidup setiap negara pulau Pasifik," tambahnya.

Senada dengan hal itu, Menteri Luar Negeri Tuvalu Simon Kofe menunjukkan dirinya berdiri dengan genangan air laut setinggi lutut. Ia meminta negara-negara besar turut membantu negaranya keluar dari ancaman perubahan iklim.

"Ada teknologi yang tersedia untuk melindungi pulau-pulau dan mengangkat pulau-pulau yang kami sedang mencari. Itu sangat mahal," ucapnya.

Para pemimpin Pasifik kadang-kadang menunjukkan kejengkelan pada fokus global pada kontes antara Washington dan Beijing atas wilayah mereka. Selaras, Australia mengatakan lebih sedikit tentang keamanan dan menjanjikan dukungan yang lebih besar untuk agenda perubahan iklim tetangganya, meskipun pengumuman pengawasan maritim untuk melindungi penangkapan ikan yang berkelanjutan mengisyaratkan kecemasan intinya.

Baca Juga: