Seorang remaja berusia 17 tahun asal Afrika Selatan (Afsel) bernama Sinoloyo, sudah lama menantikan menjadi seorang pria dewasa pada tahun ini. Pamannya telah berjanji untuk membolehkannya pergi ke wilayah pegunungan yang menghadap ke kota pelabuhan Port Elizabeth agar ia bisa menjalani tradisi ritual sunat pada Desember nanti.

Ritual yang dikenal dengan sebutan "Ukwaluko" dalam bahasa lokal Xhosa, merupakan upacara rahasia yang menandai transisi seorang anak laki-laki menjadi pria dewasa.

Setiap Juni dan Desember, ribuan remaja berusia antara 15 dan 17 tahun mengikuti ritual Ukwaluko dimana mereka harus menghabiskan setidaknya tiga pekan menyendiri di semak belukar hutan dan usai melakukan ritual ini mereka disunat dan diajari untuk menjadi pria yang bertanggung jawab.

Namun tahun ini, ritual Ukwaluko untuk pertama kalinya dalam sejarah harus ditunda karena adanya wabah virus korona.

"Jika kami mengirimkan mereka ke sana dan ada seorang anak yang dinyatakan positif terkena virus korona, itu artinya ada 20 orang lainnya yang akan terinfeksi," kata Afra Msutu, seorang kepala suku Xhosa. "Saat kita pergi ke pegunungan dan menjalani ritual sunat, selama 7 hari pertama Anda amat rentan," imbuh dia seraya menyatakan bahwa akese bagi tenaga medis saat menjalani ritual ini amat sulit dan hanya ada mantri desa yang akan menolong mereka.

"Kami memutuskan ritual kali ini amat berisiko dan kita akan kehilangan banyak anak," imbuh Msutu.

Sebelumnya Ukwaluko kerap diwarnai korban jiwa karena kurangnya pengawasan dan perawatan terhadap peserta yang terkadang terkena dehidrasi dan infeksi selama menjalani ritual yang menandai transisi menuju kedewasaan ini.

Sinoyolo yang enggan memberikan jati diri lengkapnya, mengakui bahwa ia ragu untuk ikut Ukwaluko saat ini.

"Saya merasa sedikit takut karena mereka yang pernah ikut ritual ini dan pergi ke pegunungan mengatakan amat sulit untuk menyendiri di sana," ucap Sinoyolo. "Saya pikir merupakan ide bagus untuk menunda ritual ini saat ini karena wabah virus amat ganas dan telah menewaskan banyak jiwa," imbuh dia.

Hindari Risiko

Apa yang tergambar dari laporan itu menegaskan bahwa wabah virus korona telah mempengaruhi banyak aspek kehidupan termasuk untuk menjalani tradisi ritual. Kongres Tetua Tradisi Afrika Selatan sebelumnya memutuskan untuk menunda Ukwaluko pada Juni atau sekitar sebulan setelah diterapkan penutupan wilayah (lockdown) di Afsel.

Msutu mengatakan putusan yang tak terduga itu kemudian diperpanjang selama setahun penuh setelah ada kepastian bahwa pandemi bisa berlangsung berbulan-bulan.

Afsel saat ini tercatat berada di peringkat 5 dunia jumlah tertinggi kasus infeksi virus korona dengan jumlah kasus yang terkonfirmasi lebih dari 568 ribu dan sekitar 11 ribu kematian.

Msutu menegaskan jika upacara transisi ini terganggu karena wabah virus korona, maka akan amat memalukan bagi pesertanya. "Saat Anda berada di pegunungan, tidak boleh pulang lebih awal bahkan jika Anda sakit," ungkap dia. "Kami tak mau ambil risiko peserta ritual tahun ini disebut lemah hanya karena mereka tak menyelesaikan ritual ini." imbuh Msutu.

Sinoyolo sepakat dengan ucapan yang dilontarkan kepala suku Xhosa itu. Bagi dirinya, ritual yang akan mengakuinya sebagai "pria sejati" bisa ditunda, walau ia sudah tak sabar lagi untuk bisa merasakan diperlakukan sebagai seorang dewasa.

"Ritual itu sudah jadi tradisi. Para ayah enggan duduk bersama kita hingga Anda telah di sunat. Mereka akan menjaga jarak," kata Sinoyolo. "Orang dewasa pun bisa melakukan apa yang oleh anak-anak tak boleh lakukan, jadi saya menginginkan transisi ini. Belum lagi ada hal-hal yang amat mengasyikan saat berada di pegunungan. Namun yang terpenting yaitu kita harus pulang dengan selamat," pungkas dia. AFP/I-1

Baca Juga: