Judul : Grit: Kekuatan Passion + Kegigihan
Penulis : Angela Duckworth
Penerbit : Gramedia
Cetakan : Pertama, 2018
Tebal : 402 halaman
ISBN : 978-602-03-8159-6
Jika orang ditanya tentang kunci kesuksesan, banyak yang menjawab bahwa kerja keras adalah hal yang lebih penting daripada bakat. Meski demikian, dalam kehidupan sehari-hari faktanya kita cenderung untuk memberi tempat yang lebih istimewa pada orang yang dianggap berbakat. Penelitian Chia-Jung Tsay membuktikan "bias bakat" yang diam-diam menguasai kecenderungan banyak orang (hlm 27-28).
Buku berbasis penelitian ini memperlihatkan, rahasia kesuksesan sebenarnya terletak pada perpaduan antara hasrat (passion) dan kegigihan (perseverance) yang disebut ketabahan (grit). Orang sukses tahu secara sangat mendalam keinginannya. Dia juga tahu arah melangkah. Selain itu, dia juga luar biasa tegar dan bekerja keras untuk mencapai tujuan yang ditetapkan (hlm 9).
Buku ini menggarisbawahi, keterpesonaan pada bakat dapat membuat orang menjauh dari jalan kesuksesan. Sebab bila terarah pada bakat, maka upaya atau kerja keras akan kurang diperhatikan. Buku mengutip filsuf besar Jerman, Nietzsche, yang menyatakan bahwa ketika menilai seseorang itu istimewa (berbakat), orang terdorong untuk tidak menyainginya. Dia kemudian seperti diperbolehkan untuk tidak bekerja keras setiap berhadapan dengan sosok berbakat.
Nilai paling penting buku ini bukan terletak pada pemaparannya tentang kunci kesuksesan, tapi cara menumbuhkan ketabahan. Pada bagian awal, buku mengembangkan skala untuk mengukur ketabahan seseorang pada saat tertentu. Ketabahan ditumbuhkan dari dalam ke luar dan sebaliknya. Ketabahan dapat ditumbuhkan dari dalam dengan menegaskan dan memupuk minat, kebiasaan, dan kemampuan berlatih secara terfokus. Kemudian, merumuskan tujuan dalam berbagai kegiatan atau pekerjaan. Juga memupuk kemampuan untuk bangkit setiap gagal. Semua ini aset psikologis yang dapat ditumbuhkan dari dalam diri seseorang sebagai bekal meraih kesuksesan (hlm 103-104).
Sedangkan dari faktor luar, ketabahan dapat ditumbuhkan dengan pengasuhan. Kata pengasuhan berasal dari bahasa Latin yang berarti "untuk membawa maju". Buku ini lalu memperkenalkan model pengasuhan bijaksana ideal untuk mendukung ketabahan. Pada bagian ini, buku memberi pengertian jernih dan bisa menengahi model pengasuhan otoriter dan penuh kasih (hlm 233-253).
Buku juga menggarisbawahi, pengasuhan bukan hanya terkait ibu dan ayah. Guru, mentor, pelatih, atasan, bahkan teman, dapat berada dalam kerangka pengasuhan yang dapat menumbuhkan ketabahan. Buku ini ditulis dengan banyak contoh kasus yang sebagian besar merupakan hasil penelitian sehingga informasinya kaya data ilmiah.
Buku ini mencoba mengingatkan untuk mengalihkan fokus dan strategi dari kekaguman berlebihan pada bakat, tingkat IQ, dan semacamnya, pada upaya membentuk iklim hasrat dan kegigihan kuat. Buku ditulis mantan guru sekolah menengah yang kini menjadi profesor psikologi di University of Pennsylvania. Ini bisa menjadi bekal menyiapkan generasi mendatang yang sukses.
Diresensi M Mushthafa, Dosen Institut Ilmu Keislaman Annuqayah, Jawa Timur