Di dunia barat, Penggunaan teknologi super canggih umumnya digunakan untuk membantu manjalankan misi yang cukup berat. Tak Bahkan untuk kalangan militer, penggunaan robot terbang / UAV (Unmanned Aerial Vihicle) seperti drone yang biasanya di gunakanuntuk keperluan misi pengintaian, atau sebagai alat pendeteksi sniper.

Evolusi teknologi terus berjalan seiring dengan waktu. Menurut dosen Ilmu Komputer dan Elektronika, FMIPA UGM, Dr. Andi Dharmawan, S.Si., M.Cs. mengatakan teknologi yang baik adalah yang bisa dan mampu membantu kebutuhan masyarakat saat ini. Hal inipun di yakini oleh Staff Jobsdesk Programer di divisi Take-off and Landing, Muhammad Galang Gardamukti.

Dirinya menilai, jika karya yang di buat oleh Tim Gamaforce saai ini sangatlah tepay jika di fungsikan dengan baik. Seperti di divisi yang diciptakannya, Hexacopter atau biasa disebut Drone dengan 6 baling-baling. Dalam hal ini dirinya teknologi atau robot yang digunakan bertugaskan untuk mengirim dan mengambil suatu barang dari satu lokasi ke suatu lokasi yang sudah ditentukan.

"Semua misi itu dapat dilakukan hanya dengan 1 kali tekan tombol, kemudian sisanya kita hanya menunggu sampai wahana itu landing kembali di koordinat HOME-nya atau tempat dia takeoff," ungkapnya. Robot yang di ciptakanpun mampu Mengangkat bobot maksimal 6 Kg. Sedangkan untuk operasional robot ini mampu berkerja selama 15 menit lebih dengan menggunakan 2 baterai ±5500 mAh yang diparalel.

"Kalau untuk jarak tempuhnya bisa 1.5 km kalau satu arah dan nggak kembali. Tapi ya kalau bolak balik ya setengahnya. Tapi jarak aman kalau pakai remote cuma range 700m," ungkap Mahasiswa jurusan MIPA, Program Studi Elektronika dan Instrumentasi. Selain Hexacopter, dua jenis robot terbang karya mahasiswa UGM ini juga memiliki fungsi yang baik untuk masa depan.

Seperti Rasayana racing plane yang memiliki fungsi sebagai pesawat cepat yang tepat pada jalurnya sehingga nantinya bisa dijadikan sebagai target drone oleh TNI. Lalu Fiachra aeromapper memiliki fungsi sebagai pesawat yang mampu melakukan monitoring secara live dan juga pemetaan sehingga nantinya dapat dijadikan UAV yang mampu melakukan misi SAR dan pemetaan lokasi wilayah bencana.

Kegunaan teknologi seperti robot terbang saat ini menurut Andi sudah menjadi hal yang sangat wajar. "Dan kita sudah menggunakannya Seperti untuk keperluan jurnalistik, pemantauan, suveillance, selfie, shooting film, Dan lain lain, namun sangat di sayangkan penggunaannya masih nyaris 100 persen menggunakan produk luar,"ungkap Andi.

Drone di masa depan menurutnya akan semakin masif penggunaannya. Seperti cctv bergerak, kameramen otonom, kurir barang, alat bantu pembangunan gedung sepertt untuk mengecat, hingga prajurit terbang untuk hankam. Untuk itu menurut Andi sumber daya manusia di indonesia saat inisudah memiliki kemampuan yang cukup untuk mengelola dalam arti memakai dan memanfaatkannya, terutama generasi milenial dan di kota besar.

Namun untuk membuatnya masih sangat sedikit. Dan ini sebenarnya bukan hanya masalah pembuatan drone, termasuk bidang sains lainnya. Andi berharap keberhasilan ciptaan mahasiswa UGM ini mampu menjadi pintu pembuka penggunaan teknologi robot terbang yang baik. "Sehingga jika ini dikembangkan bisa bermanfaat dan menjadikan indonesia mandiri dari segi teknologi pesawat tanpa awak,"pungkasnya.

yun/E-6

Baca Juga: