Sebanyak 7.000-15.000 tentara Rusia tewas selama perang di Ukraina yang telah berlangsung selama empat minggu. Angka ini dilaporkan NATO pada Rabu (23/4). Pernyataan itu didasarkan atas informasi dari pihak berwenang Ukraina, data yang dirilis Rusia, hingga intelijen yang dikumpulkan dari berbagai sumber.

Pada hari itu juga Rusia dikabarkan menggelar upacara pemakaman wakil komandan Armada Laut Hitam, Andrei Paliy setelah tewas yang tewas di kota pelabuhan Mariupol. Penasihat Presiden Ukraina Mykhailo Podolyak pada Minggu (20/22) mengklaim, enam jenderal Rusia bersama dengan lusinan kolonel dan perwira telah gugur dalam perang yang berkecamuk di Ukraina sejak 24 Februari 2022, seperti yang dilansir Reuters.

Associated Press melaporkan, jumlah tentara tewas tersebut setara dengan jumlah prajurit Rusia yang gugur dalam misi invasi Soviet ke Afghanistan. Invasi yang berlangsung selama 10 tahun itu menewaskan 15.000 prajurit Rusia gugur.

Adapun Ukraina tidak banyak merilis informasi mengenai kerugian militernya dalam melawan serangan Rusia. Kendati, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan, sekitar 1.300 prajurit Ukraina telah gugur dalam tugasnya mempertahankan konstitusi Ukraina.

Al Jazeera merangkum, sebagian besar angkatan bersenjata Rusia tetap frustasi oleh perlawanan sengit Ukraina. Pasukan Rusia dikabarkan sampai mengubah strategi setelah gagal menguasai Ukraina dalam serangan kilat pada minggu pertama perang tersebut berlangsung. Rusia bahkan menargetkan warga sipil dengan melakukan pengeboman terhadap rumah sakit, gereja dan perumahan.

Pemerintah Amerika Serikat bahkan secara resmi menyatakan angkatan bersenjata Rusia telah melakukan kejahatan perang atas yang dilakukannya di Ukraina. Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Antony Blinken pada Kamis (24/22) juga mengatakan pasukan Rusia telah melanggar hukum konflik.

"Hari ini, saya dapat mengumumkan bahwa, berdasarkan informasi yang tersedia saat ini, pemerintah Amerika Serikat menilai bahwa anggota pasukan Rusia telah melakukan kejahatan perang di Ukraina," kata Blinken dalam sebuah pernyataan seperti yang dilansir dalam CNN.

Pernyataan resmi Amerika Serikat ini muncul setelah Presiden negara tersebut Joe Biden, dalam pendapat pribadinya menyebut Rusia telah melakukan kejahatan perang.

Lebih lanjut, Reuters mengungkapkan bahwa seorang pejabat senior Kementerian Pertahanan AS pada Rabu (23/22) mengatakan, pasukan darat Rusia tampaknya tetap bertahan di 15 sampai 20 kilometer di luar ibu kota Ukraina, Kiev.

Pasukan Rusia bahkan dikabarkan hanya membuat sedikit kemajuan dalam upayanya menuju pusat kota dan menguasai Ukraina. Pejabat tersebut juga menambahkan bahwa pasukan Ukraina telah memukul mundur tentara Rusia di di beberapa daerah timur Kyiv.

Namun, menurut Blinken belum jelas apakah Amerika Serikat akan menuntut Rusia termasuk Presiden Rusia Vladimir Putin untuk bertanggung jawab atas kejahatan tersebut.

Beth Van Schaack, duta besar Amerika Serikat untuk peradilan pidana global, mengatakan terdapat aturan di bawah hukum internasional dan domestik yang mampu menjangkau rantai komando paling atas sekalipun.

"Seperti halnya dugaan kejahatan, pada akhirnya, pengadilan akan menentukan tanggung jawab pidana individu yang bertanggung jawab langsung atas kasus-kasus khusus ini," sambungnya.

Di sisi lain, Kremlin bersikeras bahwa perang yang dimulainya tidak akan berhenti sampai tujuan strategisnya, tercapai. Di dalamnya termasuk memaksa Ukraina untuk menjadi netral dan melakukan demiliterisasi terhadap negara tersebut.

Baca Juga: