RIYADH - Para menteri luar negeri negara anggota G20 pada Kamis (3/9) mengupayakan kerja sama internasional untuk mengurangi pembatasan perjalanan dan membuka kembali perbatasan setelah penutupan akibat virus korona selama berbulan-bulan (lockdown) menimbulkan hambatan pada ekonomi global.

Lockdown nasional dengan intensitas dan durasi yang berbeda-beda telah berdampak pada mata pencaharian di seluruh dunia karena bisnis ditutup, pendapatan turun, dan jutaan orang terpaksa kehilangan pekerjaan.

"Selama pertemuan itu, para menteri luar negeri mengakui pentingnya membuka perbatasan, menyatukan keluarga, dan mempromosikan langkah-langkah untuk memungkinkan ekonomi berkembang," demikian pernyataan bersama negara-negara G20, usai pertemuan virtual menlu G20 yang diselenggarakan dan diketuai tahun ini oleh Arab Saudi.

"Para menteri juga membahas pentingnya mengkoordinasikan tindakan pencegahan lintas batas untuk melindungi kehidupan dan mata pencaharian," imbuh pernyataan itu.

"Pembukaan kembali perbatasan, sesuai dengan semua langkah perlindungan akan membantu ekonomi kita berkembang, orang-orang menjadi makmur, dan tentu saja akan membawa harapan bagi umat manusia," Menteri Luar Negeri Arab Saudi, Pangeran Faisal bin Farhan.

Permohonan PBB

Sementara itu Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, mengatakan keprihatinan yang berkembang bahwa pembatasan perjalanan saat ini dapat bertahan lebih lama dari krisis. Oleh karena itu ia mendesak para menteri G20 untuk menyepakati kriteria umum untuk mencabut pembatasan berdasarkan pendekatan ilmiah.

Dalam sambutannya pada pertemuan tersebut, Guterres juga memohon kepada para menteri untuk meningkatkan investasi guna mendukung perjalanan aman, termasuk langkah-langkah untuk meningkatkan pengujian dan penelusuran virus korona.

Pertemuan itu terjadi setelah serangkaian data ekonomi baru-baru ini, dari India hingga Eropa, mengungkapkan jumlah korban dari lockdown ketika negara-negara berusaha menumpas wabah penyakit yang telah menewaskan lebih dari 850.000 orang dan menginfeksi lebih dari 25 juta orang di seluruh dunia.

India pada Senin (31/8) lalu melaporkan bahwa ekonomi terbesar ketiga di Asia itu mengalami kontraksi terparah sebesar 23,9 persen antara April dan Juni di tengah pembatasan bisnis yang amat ketat.

Sementara itu, ekonomi Brasil yang terbesar di kawasan Amerika Latin, juga mengalami kontraksi dengan rekor 9,7 persen pada kuartal kedua tahun ini. AFP/I-1

Baca Juga: