SAO PAULO - Para menteri keuangan dari negara-negara Kelompok 20 (G20), pada Jumat (1/3), gagal mengeluarkan pernyataan bersama karena tidak adanya kesepakatan mengenai perang Russia di Ukraina serta konflik antara Hamas dan Israel.

Invasi Russia ke Ukraina telah menimbulkan perpecahan mendalam di tubuh G20, yakni antara Russia dan Tiongkok di satu sisi, melawan negara-negara Barat yang telah menjatuhkan sanksi terhadap Moskwa.

"Banyak negara mengecam keras invasi Russia dan serangan teror Hamas (terhadap Israel), dan menyatakan keprihatinan mengenai krisis kemanusiaan yang mengkhawatirkan di Gaza," kata Wakil Menteri Keuangan Jepang untuk Urusan Internasioanl, Masato Kanda, pada konferensi pers di Sao Paulo, Brasil, sebagaimana dilaporkan Kyodo.

Seperti dikutip dari Antara, Brasil yang memegang kursi kepresidenan G20 tahun ini, diharapkan menyampaikan ringkasan yang mengakhiri perundingan dua hari tersebut. Brasil dalam catatan kakinya mengatakan bahwa forum keuangan bukanlah tempat yang tepat untuk membahas isu-isu geopolitik.

Sementara itu, Wakil Menteri Keuangan Kanda berpendapat konflik antara Russia dan Ukraina harus ditangani oleh G20 karena berdampak terhadap kondisi perekonomian global.

"Mengingat dampak negatif yang serius dari invasi Russia ke Ukraina terhadap perekonomian global, Jepang berpandangan bahwa masalah ini harus ditangani oleh G20," ucapnya.

Ini bukan pertama kalinya kelompok tersebut gagal mengeluarkan komunike bersama, meskipun para kepala keuangan telah mencapai konsensus pada pertemuan sebelumnya di tahun lalu.

Resesi Dihindari

Kendati berbeda pendapat mengenai geopolitik, para menteri keuangan dan gubernur bank sentral G20 memiliki pandangan yang sama bahwa perekonomian global sedang menuju soft landing. Dengan demikian, maka resesi kemungkinan besar bakal dapat dihindari.

Rangkuman Ketua G20 mencatat perang, konflik, perpecahan ekonomi dan proteksionisme perdagangan sebagai risiko negatif terhadap perekonomian. Hal itu mempertahankan komitmen yang ada terkait dengan nilai tukar mata uang asing.

Meskipun pertumbuhannya melambat, perekonomian global sejauh ini berhasil menghindari resesi yang dikhawatirkan terjadi setelah kenaikan suku bunga yang agresif di negara-negara besar seperti Amerika Serikat dan zona Euro serta permasalahan properti di Tiongkok.

G20 berpendapat nilai tukar mata uang asing harus mencerminkan fundamental ekonomi. G20 juga sepakat bahwa pergerakan yang tidak menentu dan tidak teratur akan berdampak negatif terhadap kondisi perekonomian global.

Baca Juga: