JAKARTA - Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/KBRIN), Bambang Brodjonegoro, mengusulkan adanya semacam paspor kesehatan atauhealth passport. Paspor kesehatan nantinya berguna merekam informasi lengkap berkenaan Covid-19 terutama riwayat tes.

"Paspor tersebut memuat semua informasi lengkap termasuk pernah tes berapa kali, di mana, dan hasilnya apa," ujar Bambang, dalam acara Pengoperasian Mesin Deteksi Covid-19Cobas 6800 System, di Jakarta, Kamis (16/7).

Bambang menjelaskan paspor kesehatan akan berbentuk software atau aplikasi. Pembuatannya, lanjut Bambang, akan mengintegrasikan aplikasi-aplikasi yang sudah ada yaitu aplikasi Bersatu Lawan Covid dari Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 dan aplikasi berbasis kecerdasan buatan atauartificial intelligenceyang dikembangkan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).

Ia menyebut kehadiran paspor kesehatan akan menggantikan dokumen perizinan dalam bentuk surat bagi semua pihak yang butuh bepergian ke luar kota. Selain mempermudah proses izin, paspor kesehatan juga bisa menggambarkan kondisi seseorang lebih akurat dibanding surat.

"Pasalnya, ada anggapan lebih penting surat daripada hasil tes. Paspor kesehatan ini tentunya bisa menjadi salah satu cara mendeteksi Covid-19 lebih baik lagi," jelasnya.

Bambang menyampaikan apresiasinya kepada Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman atas terobosannya dalam peningkatan kuantitas pengujian spesimen. Adapun terobosan yang dilakukan adalah menambah mesin deteksi Covid-19 yakniCOBAS 6800 Systemsberbasispolymerase chain reaction(PCR).

Ia berharap adanya mesin tersebut bisa mengejar ketertinggalan Indonesia dalam penanganan Covid-19 terutama dari segi tes dan pengujian. Menurutnya, Indonesia mendapat sorotan atas kurang masifnya pengetesan maupun kesesuaian data. "Mesin tersebut juga tentunya sangat membantu target Presiden yang saat ini sudah naik jadi 30.000 tes per hari," ucapnya.

Bambang berpesan LBM Eijkman bisa semakin efektif dan efisien dalam menangani Covid-19 dengan adanya tambahan mesin tersebut. Pasalnya, selain fokus pada pengujian, LBM Eijkman juga terlibat dalam mengembangkan vaksin maupun menambah jumlahwhole genome sequencing(WGS).

"LBM Eijkman sendiri harus pintar memanajemen secara paralel tujuannya sama, tapi ada beberapa kegiatan dan ada batasan pada jumlah penelitinya," tandasnya.

Direktur Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman, Amin Soebandrio, menjelaskanCOBAS 6800 Systemsmerupakan mesin yang beroperasi penuh secara otomatis. Dengan begitu kualitas lebih terjamin dan pengujian lebih cepat dengan angka per hari bisa mencapai 1.000 pengujian.

Amin memaparkan sistem otomatisasi mesin tersebut meliputi sistem tertutup untuk Ekstraksi RNA dan Amplifikasi PCR sampel klinis. Sistem tersebut mampu meminimalisir kesalahan pra analitik selama proses pemeriksaan Covid-19.

"Mesin tersebut juga bisa mengurangi jumlah sumber daya manusia yang dibutuhkan, jika dibandingkan dengan proses pemeriksaan PCR Covid-19 secara manual," imbuhnya.

MesinCOBAS 6800 Systemsadalah mesin kedua di Indonesia yang salah satunya ditempatkan di LBM Eijkman. Mesin tersebut telah disetujui untukEmergency Use Authorization(EUA). ruf/N-3

Baca Juga: