JAKARTA - Menteri Luar Negeri Retno Marsudi pada Senin (5/4) menyerahkan empat anak buah kapal warga negara Indonesia (WNI) yang pernah disandera oleh kelompok Abu Sayyaf di Filipina Selatan kepada pihak keluarga.

Dalam acara serah terima yang dilakukan di kantor Kementerian Luar Negeri di Jakarta, Menlu Retno mengatakan keempat warga Indonesia asal Wakatobi, Sulawesi Tenggara, yaitu Arsyad, Arizal, Riswanto, dan Khairuddin disekap oleh milisi Abu Sayyaf selama 427 hari. Mereka diculik pada 15 Januari 2020.

Menlu Retno menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak di dalam negeri, termasuk Tentara Nasional Indonesia dan Badan Intelijen Negara (BIN), dan militer Filipina yang berjasa dalam upaya pembebasan keempat sandera tersebut.

Dia menambahkan sejak 2016 hingga sekarang terdapat 44 warga Indonesia yang menjadi korban penyanderaan Abu Sayyaf.

"Dengan pembebasan ini, maka tidak ada WNI yang saat ini menjadi korban penyanderaan. Ke depan, kita harus memperkuat aspek pencegahan, meningkat pengamanan di perairan Sabah oleh otoritas Malaysia dan tentunya dengan kerjasama dari otoritas kita dan juga otoritas Filipina," kata Menlu Retno.

Menlu Retno meminta nelayan Indonesia yang bekerja di kapal Malaysia untuk terus meningkatkan kehati-hatian.

Pemerintah juga akan lebih intensif berkomunikasi dengan para pemilik kapal di Malaysia yang mempekerjakan awak asal Indonesia dan bertekad meningkatkan pembangunan ekonomi di daerah-daerah yang menjadi basis nelayan.

Pada kesempatan yang sama, Zulimin Sima, perwakilan keluarga eks korban penyanderaan Abu Sayyaf, mengatakan berterima kasih kepada semua pihak, termasuk Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dan TNI, atas keberhasilannya memulangkan keempat orang tersebut.

"Sekarang kami tidak bisa mengucapkan (kata-kata)...(cuma) dengan aliran air mata. Hanya itu yang bisa saya ucapkan," ucap Zulimin.

Kepada wartawan, salah satu mantan sandera Abu Sayyaf, Arizal, merasa sangat bersyukur karena dapat berkumpul kembali bersama keluarga. Dia mengenang saat-saat ketika disandera Abu Sayyaf.

Kesehariannya memang sengsara di sana. Kadang kita nggak makan dua hari, tiga hari. Takut kena bom atau apa. "Memang sengsara betul kehidupan di sana, nggak ada enak. Kehidupan nggak terjamin, takut kenapa-kenapa di sana," tutur Arizal.

Namun Arizal mengakui selama dalam penyekapan Abu Sayyaf mereka tidak pernah disiksa. VoA/I-1

Baca Juga: