Beijing - Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudimenekankan bahwa Indonesia terbuka untuk investasi yang berkualitas dari Tiongkok.

"Tadi kami sampaikan bahwa yang ingin kami lihat adalah investasi berkualitas yaitu yang menghormati ESG, 'Environment, Sustainability and Governance' dan juga ada prinsip-prinsip PBB hal tersebut," kata Menlukepada ANTARA di Beijing, Tiongkok, pada Jumat.

Pernyataan itu disampaikan Retnousai dirinya bertemu dengan Menlu Tiongkok Wang Yi dalam pertemuan Komisi Bersama Kerja Sama Bilateral (Joint Commission for Bilateral Cooperation atau JCBC) ke-5 di Wisma Negara Diaoyutai, Beijing.

Kerja sama ekonomi Indonesia-Tiongkok, menurut Retno, menjadi bidang yang menonjol dalam 10 tahun terakhir.

"Untuk investasi saja, bila kita lihat data BKPM (Badan Koordinator Penanaman Modal) pada 2014, nilai investasi Tiongkok di hanya 800 juta dolar AS tapi sekarang sudah 7,43 miliar dolar AS," ujarnya.

Angka tersebut menjadikan Tiongkok sebagai investor kedua terbesar ke Indonesia, setelah Singapura.

Namun dalam diskusi JCBC, Retno menyebut Menlu Wang mengatakan jumlah investasi tersebut lebih besar karena belum memasukkan investasi Hong Kong ke Indonesia.

Terlebih, kata Retnodengan mengutip Wang, investasi dua arah dapat mencapai 55 miliar dolar AS dengan proporsi 33 miliar dolar AS adalah investasi Tiongkok ke Indonesia dan 22 miliar dolar AS adalah investasi dari Indonesia ke Tiongkok.

"Itu menurut data Menlu Wang Yi, karena kalau kita bicara investasi, bukan hanya satu arah dari Tiongkok ke Indonesia tapi juga dari Indonesia ke Tiongkok," ujarnya.

Sedangkan di sektor perdagangan, Retno juga menunjukkan ada peningkatan signifikan dalam sembilan tahun terakhir.

Retnomengutip data kepabeanan Tiongkok, yang pada 2014 menunjukkan angka perdagangan Indonesia-Tiongkok mencapai 63,66 miliar dolar AS. Indonesia mengalami defisit 14,48 miliar dolar AS.

Namun sembilan tahun kemudian, data 2023 memperlihatkan bahwa angka perdagangan kedua negara mencapai 139,26 miliar dolar AS.

"Yang berarti penambahannya lebih dari 100 persen dan Indonesia sudah surplus. Tahun 2023 lalu surplus kita hampir 9 miliar dolar AS dan kita sudah mengalami surplus 4 tahun ke belakang, ini menurut data kepabeanan Tiongkok," tuturRetno.

JCBC juga membahas antara lain penguatan kerja sama di bidang energi terbarukan, hilirisasi industri, serta upaya untuk membangun ekosistem kendaraan listrik.

Baca Juga: