JAKARTA - Menteri Luar Negeri Kanada, Mélanie Joly, akan berkunjung ke Bali 6-9 Juli untuk menghadiri Pertemuan Menteri Luar Negeri G20. Para menteri luar negeri G20 akan berkumpul di saat dunia sedang berjuang menghadapi tantangan yang belum pernah terjadi seperti perubahan iklim, pandemi Covid-19, dan meningkatnya krisis ketahanan pangan karena invasi ilegal Russia ke Ukraina.

Dampak global perang tersebut, G20 akan membahas konsekuensi yang ditimbulkan seperti inflasi, keamanan ekonomi, pasar energi internasional, serta perdamaian, dan keamanan. Pada pertemuan tersebut, Joly akan menegaskan kembali dukungan penuh Kanada terhadap kedaulatan dan integritas wilayah Ukraina.

Dia akan melibatkan rekan-rekannya untuk menegaskan kembali prinsip kesetaraan berdaulat semua negara dan pentingnya menegakkan aturan internasional. Sebagai salah satu arsitek sistem yang telah mendukung stabilitas global selama beberapa dekade, Kanada akan dengan tegas mempertahankan integritasnya.

Kehadiran Menlu Joly juga memberikan kesempatan untuk secara langsung melawan disinformasi dari perwakilan rezim Russia, yang telah diperkirakan akan berlangsung dalam forum multilateral semacam ini. Dengan disaksikan negara-negara anggota dari seluruh dunia, Kanada tidak akan menyerah pada propaganda Russia yang berusaha merasionalisasikan invasi ilegal terhadap tetangga berdaulat. Russia menyesatkan tentang konsekuensi global dari perang Rusia di Ukraina.

Lebih jauh Joly mengatakan, di masa depan, ketahanan pangan akan menjadi salah satu masalah paling serius di dunia. Hal ini memengaruhi jutaan nyawa sambil memicu ketidakstabilan lebih lanjut. Dengan menunjukkan pentingnya kerja sama, Kanada dan para mitranya yang berpikiran sama juga akan bekerja dengan anggota G20 lainnya mencari solusi. Ini terutama untuk meningkatkan keamanan pangan seluruh dunia, utamanya negara-negara selatan.

Dalam mendukung agenda G20 Indonesia, Joly akan menggarisbawahi komitmen teguh Kanada bekerja sama guna mempertahankan tatanan internasional berbasis aturan, membangun ekonomi yang tangguh serta inklusif, dan pemulihan dari pandemic. Kemudian, memajukan kesetaraan perempuan dan pemberdayaan ekonomi serta melindungi lingkungan untuk generasi mendatang.

"Pertemuan G20 terjadi pada titik kritis sejarah dan tidak akan berjalan seperti biasa. Dengan penjajahan ilegal Russia ke Ukraina, Kanada harus muncul untuk membongkar kebohongan Russia. "Kemudian, bersama mitra kami, memberikan solusi untuk langkah Russia yang menjadikan makanan sebagai senjata serta mengatasi tantangan lain seperti perubahan iklim dan pandemi," tandas Menlu.

Perlu diketahui, secara kolektif, anggota G20 mewakili sekitar 80 persen hasil ekonomi dunia, dua pertiga penduduk dunia, dan tiga perempat perdagangan internasional. G20 beranggotakan Afrika Selatan, Amerika Serikat, Arab Saudi, Argentina, Australia, Brasil, Tiongkok, India, Indonesia, dan Inggris. Kemudian, Italia, Jepang, Jerman, Kanada, Korea Selatan, Meksiko, Prancis, Russia, Turki, dan Uni Eropa. Ini adalah pertama kalinya Indonesia memegang keketuaan G20.

Baca Juga: