TOKYO - Menteri Luar Negeri Jepang, Takeshi Iwaya, pada Rabu (2/10) mengatakan bahwa mereka tidak sedang mengerjakan proposal perdana menteri baru untuk membentuk NATO Asia setelah Amerika Serikat (AS) dan India telah menolak gagasan tersebut.
Perdana Menteri Jepang, Shigeru Ishiba, sebelumnya telah mengajukan usulan tersebut menjelang kemenangannya dalam pemilihan pimpinan partai yang berkuasa pada tanggal 27 September lalu, dengan alasan bahwa hal itu akan meningkatkan keamanan di Asia.
"Gagasan NATO Asia yang digulirkan oleh perdana menteri baru Jepang merupakan gagasan yang perlu dipertimbangkan dalam jangka menengah hingga panjang namun tidak akan terjadi dalam waktu dekat," ucap Menlu Iwaya.
Namun pada Selasa (1/10), Menteri Luar Negeri India, Subrahmanyam Jaishankar, menyatakan skeptisismenya dengan mengatakan bahwa New Delhi tidak sependapat dengan visi PM Ishiba. Sebelumnya pada September lalu, asisten Menteri Luar Negeri AS untuk Asia Timur dan Pasifik, Daniel Kritenbrink, mengatakan bahwa masih terlalu dini untuk membahas usulan PM Ishiba tersebut.
"Saya pikir ini adalah salah satu ide untuk masa depan di antara upaya untuk menciptakan jaringan berlapis-lapis yang terdiri dari negara-negara yang memiliki pemikiran serupa dan meningkatkan pencegahan regional. Sulit untuk segera membentuk mekanisme yang akan memberlakukan kewajiban pertahanan bersama di Asia, jadi ini lebih merupakan visi untuk masa depan," kata Menlu Iwaya dalam konferensi pers di Tokyo.
"Kerangka kerja seperti itu tidak ditujukan pada negara tertentu," ucap Menlu Iwaya ketika ditanya apakah kerangka kerja itu ditujukan kepada Tiongkok. ""Cara terbaiknya adalah menjalin hubungan kerjasama pertahanan dan keamanan yang mencakup seluruh Indo-Pasifik, tanpa mengecualikan negara tertentu," imbuh Iwaya.
Sementara itu Menteri Pertahanan Jepang, Gen Nakatani, dalam konferensi pers pertamanya setelah ditunjuk oleh PM Ishiba menyatakan bahwa dalam instruksinya kemarin, perdana menteri tidak menyebutkan apapun tentang mempertimbangkan sesuatu seperti NATO versi Asia.
Makalah Ishiba
Dalam sebuah makalah yang disampaikan kepada lembaga pemikir Hudson Institute pada September lalu, PM Ishiba berpendapat bahwa mengunci Washington DC dan negara-negara sahabat lainnya ke dalam NATO Asia, akan menghalangi Tiongkok menggunakan kekuatan militer di Asia.
Organisasi tersebut, kata dia, dapat mencakup kelompok dan aliansi terpisah seperti kelompok Quad yang terdiri dari India dan AS, Jepang dan Australia, serta kemitraan keamanan trilateral antara AS, Jepang, dan Korea Selatan.
Namun pada Selasa, Menlu Jaishankar membalas pernyataan yang menyebutkan bahwa negaranyatidak memiliki visi yang sama mengenai NATO Asia, dengan mengatakan bahwa India tidak akan pernah menjadi sekutu negara lain dan akan mengambil pendekatan yang berbeda. ST/I-1