JEDDAH - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS), Rex Tillerson, pada Kamis (13/7) menyudahi kunjungannya ke negara-negara di Timur Tengah untuk membantu mencari solusi bagi mengakhiri sengketa diplomatik antara negara-negara Arab dengan Qatar. Sayangnya saat kepulangan Menlu Tillerson, tanpa menghasilkan satu terobosan apapun untuk menyudahi sengketa.

"Kunjungan Menlu Tillerson sama sekali tak mengakhiri sengketa. Saya pikir bisa meredakan ketegangan, namun ternyata hanya menunda masalah yang akan terus bergejolak di masa yang akan datang," komentar Menlu Uni Emirat Arab (UEA), Sheikh Abdullah bin Zayed al-Nahayan kepada media saat kunjungannya ke Slovakia.

Terakhir Menlu Tillerson dikatakan oleh juru bicara Kementerian Luar Negeri AS, RC Hammond, sedang kembali melakukan kunjungan singkat tak terencana ke Doha pada Kamis, setelah berkunjung ke Kuwait, negara yang jadi mediator dalam sengketa diplomatik ini.

Saat berada di Doha kembali, Menlu Tillerson bertemu dengan emir Qatar, Sheikh Tamim bin Hamad al-Thani, untuk membahas perundingan di Jeddah antara Tillerson dengan pihak penguasa Arab Saudi seperti Raja Salman dan Putera Mahkota Mohammed bin Salman.

Saat berada di Jeddah, Arab Saudi, Menlu AS itu pun sama sekali tak mengeluarkan pernyataan atas pembicaraan dengan penguasa Arab Saudi terkait upayanya meredakan sengketa, namun dipastikan mereka membahas isu kerja sama dalam upaya memerangi terorisme dan pendanaan terhadap kelompok-kelompok teroris.

Tak Puas

Saat Menlu AS berada di Qatar pada Selasa (11/7), ditandatangani sebuah kesepakatan bilateral AS-Qatar tentang kontraterorisme untuk menghentikaan pendanaan bagi terorisme. Sayangnya kesepakatan itu tak memuaskan empat negara Arab yang melakukan boikot terhadap Qatar yaitu Arab Saudi, UEA, Bahrain, dan Mesir.

Ke-4 negara Arab itu melakukan sanksi terhadap Qatar pada 5 Juni lalu dengan tuduhan Doha telah memberi sokongan dana pada kelompok-kelompok ektremis dan telah menjalin hubungan yang amat dekat dengan musuh negara-negara di kawasan Teluk yaitu Iran. Atas tudingan itu, Doha telah mengeluarkan bantahan.

Empat negara Arab dan Qatar semuanya adalah negara sekutu AS di kawasan Timur Tengah. Washington DC sebelumnya mengkhawatirkan bahwa krisis diplomatik ini akan berlarut-larut dan mengacaukan operasi militer dan kontraterorisme, serta bakal meningkatkan pengaruh Iran di kawasan Teluk. Oleh karenanya AS punya kepentingan untuk meredakan ketegangan akibat sengketa diplomatik ini.

Belum lagi ada pertimbangan bahwa AS memiliki pangkalan udara terbesar di Qatar, Udeid, yang berfungsi untuk menjaga stabilitas serta mengimbangi kekuatan Iran di kawasan Teluk, serta pusat perbekalan bagi jet-jet tempur AS dalam misi menggempur kelompok militan Islamic State (ISIS) yang ada di Suriah dan Irak.Rtr/I-1

Baca Juga: