JAKARTA - Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arie Setiadi membagikan empat kiat bagi perusahaan-perusahaan media agar tetap eksis di tengah perkembangan tren kecerdasan buatan atau artificial inteligence (AI).
"Pertama, berinovasi dalam proses bisnis agar tetap bersaing. Media harus menggunakan cara baru untuk tingkatkan pelanggan platform dan menarik lebih banyak pelanggan dengan akses premium," kata Budi dalam perayaan Hari Pers Nasional (HPN) 2024 yang berlangsung hybrid dari Jakarta Utara, Senin (19/2).
Lewat acara bertajuk "Konvensi Nasional Media Massa: Pers Mewujudkan Demokrasi di Era Digital", Budi mengatakan saat ini media tengah melewati fase ketiga dari disrupsi digital yaitu melewati perkembangan teknologi AI.
Sebagai kiat kedua, Budi mengajak perusahaan media untuk mengadopsi teknologi baru termasuk AI agar dapat dimanfaatkan sebagai peluang menumbuhkan bisnis dan berkarya dengan lebih optimal.
Menurutnya ada berbagai cara, salah satunya dengan memanfaatkan AI sebagai pengelola untuk perusahaan media melakukan diversifikasi saluran baik melalui layanan instant messaging dan video.
"Ketiga, perusahaan media bisa melakukan upskilling karyawan untuk memiliki kemampuan yang diperlukan menghadapi tantangan dan peluang yang ditimbulkan dari perkembangan teknologi," kata Budi.
Dan kiat terakhir, Budi menyarankan agar perusahaan media bisa menghadirkan konten-konten baru mengikuti perkembangan digitalisasi seperti membuat siniar atau podcast.
Ia optimistis apabila perusahaan media melakukan keempat hal tersebut dengan berkesinambungan maka hadirnya AI sebagai bagian dari disrupsi digital bukan suatu penghalang tapi menjadi peluang untuk media bertumbuh.
Di Persimpangan Jalan
Sementara itu, dua wakil menteri yakni Wakil Menteri Komunikasi dan Informasi, Nezar Patria, dan Wakil Menteri BUMN, Kartiko Wirjoatmodjo meminta wartawan untuk memanfaatkan kecerdasan buatan (artifial intelligence/ AI) untuk meningkatkan kapasitas dalam memperkaya penulisan terutama isu-isu yang diminati oleh pembaca.
Di sisi lain, para wartawan pun dituntut untuk menjalankan fungsi sebagai salah satu pilar yang memberikan edukasi kepada publik agar lebih cerdas dan secara tidak langsung akan meningkatkan kesejahteraan.
Sementara itu, Nezar Patria mengatakan saat ini jurnalisme sedang berada di persimpangan jalan. "Ada beberapa hal yang sangat substansial dan mendasar. Jurnalisme berada di persimpangan jalan hari ini. Pertama, tentang faktor manusia di dalam membuat keputusan-keputusan, apa yang yang boleh di-publish dan yang tidak boleh di-publish, keputusan etis," kata Nezar.
"Bagaimana membuat satu berita atau publikasi informasi yang juga etis. Jadi, AI coba membaca intuisi manusia terhadap fakta-fakta yang diberitakan," jelasnya.
Melalui dokumen persentasi yang ditampilkan, Nezar Patria memaparkan bagaimana masa depan AI dan jurnalisme, serta tantangan dari integrasi AI dalam jurnalisme.
Soal masa depan, dicantumkan bahwa ada sejumlah hal yang akan terjadi, yakni pengecekan fakta dan analisis disinformasi, personalisasi dan otomatisasi konten, peringkasan dan penyusunan teks, Chatbot untuk interview dan survei publik.
Secara terpisah, Pengajar Ilmu Komunikasi Universitas Trunojoyo Madura (UTM), Surokim Abdussalam, mengatakan pemanfataan AI dalam dunia jurnalisme mungkin suatu saat bisa terjadi, namun manusia saat ini masih memiliki keunggulan dalam nilai-nilai tertentu.