BADUNG - Menteri Koordinator (Mernko) bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, mengatakan perwakilan suara negara berkembang di G20 yang kebanyakan berada di bumi bagian selatan, perlu terus ditingkatkan.

"Peningkatan perwakilan suara selatan ini sangat penting untuk memastikan narasi global yang sedang dibentuk dianggap adil dan dapat diterima oleh semua pemerintah dari semua jenis negara," kata Airlangga dalam sesi plenoT20 Indonesia Summit di Nusa Dua, Badung, Bali, Senin (5/9).

Think20 atau T20 adalah forum kerja sama lembaga pemikir (thinktank) dan penelitian seluruh negara anggota G20. Kelompok 20 atau G20 adalah kelompok kerja sama multilateral yang terdiri dari 19 negara dan Uni Eropa (EU).

Airlangga mengatakan isu global, seperti pandemi Covid-19, perubahan iklim, transformasi digital terjadi dalam skala yang membutuhkan penanganan kolektif dengan komitmen dari pemerintah semua negara dan pemangku kepentingan.

Sebagai kelompok yang terlibat dalam Presidensi G20 Indonesia yang terdiri dari para peneliti dan akademisi, T20 Indonesia berada pada posisi strategis dengan dua peran utama untuk memastikan independensi pemerintah setiap negara dan implementasi kebijakan yang inklusif.

"T20 dapat memberikan wawasan berharga tentang agenda apa yang harus difokuskan oleh para pemimpin global. T20 memiliki posisi penting untuk memastikan isu-isu yang ingin diselesaikan oleh pemimpin G20 terkait dengan fokus permasalahan tersebut," ucapnya.

Masalah Prioritas

Menurut Airlangga, T20 juga berfungsi sebagai jangkar untuk memastikan pembahasan masalah prioritas secara inklusif dan tidak bias melalui sembilan gugus tugas yang telah dibentuk di bawah G20.

Pembentukan gugus tugas tersebut memungkinkan isu kritis yang dibahas tidak hanya menyangkut negara yang menjadi tuan rumah, atau dalam perhelatan Presidensi G20 Indonesia, permasalahan yang dibahas tidak sekadar menyangkut Indonesia.

"Aspek inklusivitas menjadi lebih penting dari sebelumnya karena pandemi Covid-19 menciptakan ketimpangan yang semakin lebar di seluruh negara. Berada dalam kekuatan T20 untuk memastikan agenda dan formulasi penelitiannya mewakili negara maju dan berkembang secara setara," ucapnya.

Sebelumnya, Lead Co-ChairT20 Indonesia, Bambang Brodjonegoro, mengatakan dunia membutuhkan investasi terkait iklim sebesar 125 triliun dollar AS untuk mencapai emisi nol bersih pada 2050, jika mengutip data The United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC).

"Ini termasuk investasi tahunan sebesar 32 triliun dollar AS di enam sektor utama yang menyumbang sepertiga dari produk domestik bruto (PDB) dunia tahun 2021," ungkap Bambang dalam webinarT20 Indonesia di Jakarta.

Adapun keenam sektor yang dimaksud adalah listrik yang membutuhkan 16 triliun dollar AS, transportasi sebesar 5,4 triliun dollar AS, dan gedung sebanyak 5,2 triliun dollar AS.

Kemudian, sektor industri yang membutuhkan investasi sebesar 2,2 triliun dollar AS, bahan bakar emisi rendah senilai 1,5 triliun dollar AS, serta agrikultur, kehutanan, dan penggunaan lahan lainnya sebanyak 1,5 triliun dollar AS.

Baca Juga: