Di antara rakyat Indonesia ada yang sering meremehkan kemampuan bangsa sendiri. Padahal kalau belajar sejarah, pendahulu kita sungguh luar biasa kehebatannya. Hal itu antara lain terbukti dari begitu banyak candi megah, unik, dan khas.

Salah satu bukti kehebatan bangsa (yang tinggal di) Indonesia adalah Candi Sambisari. Peninggalan purbakala ini hanya petunjuk kecil kecanggihan bangsa Indonesia. Candi Sambisari, Purwomartani, Sleman, Yogyakarta, ini termasuk unik. Untuk mencapai sebuah candi, biasanya pelancong harus naik atau mendaki. Namun untuk masuk ke dalam Candi Sambisari, para turis justru harus turun. Sebab candi tersebut terletak di kedalaman sekitar 6,5 meter.

Hal ini terkait dengan penemuan candi yang dibangun sekitar abad kesembilan zaman Mataram kuno tersebut. Pada awal abad 11 diperkirakan terjadi letusan Gunung Merapi yang amat dahsyat, sehingga menerjang dan meluluhlantakkan Yogyakarta, tak terkecuali Candi Sambisari dan menguburnya berabad-abad. Candi baru ditemukan secara tidak sengaja oleh seorang petani Karyowingun.

Saat mencangkul sawah, dia mengenai sesuatu yang keras seperti batu. Ternyata itulah bagian dari kelak yang disebut Candi Sambisari. Meski ditemukan tahun 1966, bakal Candi Sambisari baru digali dan dipugar tahun 1986.

Ini bisa menjadi wisata amat menarik bagi penggemar sejarah atau kisah-kisah purbakala. Candi Sambisari rupanya dibangun dalam waktu hampir bersamaan dengan Candi Prambanan, Candi Boko, Candisari, Candi Kalasan, Candi Plaosan, atau Candis Sewu. Candi-candi ada yang bernapaskan hinduisme dan buddhis. Mungkin pada abad 9 terjadi perkembangan pesat agama Hindu dan Buddha di kawasan Sleman timur itu, sehingga raja-raja membangun tempat pemujaan kepada para dewa-dewi. Area candi-cadi tersebut boleh dikata berdekatan atau masih dalam satu kawasan.

Jadi, bagi para wisatawan ini sangat menguntungkan karena bisa dijangkau dalam satu hari. Tentu sangat efisien karena dalam satu hari bisa menjangkau setidaknya enam candi. Candi Sambisari sepertinya untuk pemujaan Dewa Siwa sebagaimana tersirat dari adanya Lingga (perwujudan Dewa Siwa) dan Yoni (perwujudan istri Siwa).

Di tiap titik penjuru arah terdapat patung. Misalnya Dewi Durga (utara), Ganesha (timur), Agastya (selatan). Kemudian, penjaga pintu adalah patung Mahakala dan Nandiswara. Para pelancong dapat mengeksplor candi sambil mempelajari pemugaran di ruang museum untuk mengetahui cara kerja arkeolog.

Kecil-kecil

Candi Sambisari di gugusan percandian ini termasuk kecil. Demikian juga Candi Sari dan Candi Kalasan. Yang besar tentunya Candi Boko. Candi Prambanan, Candi Sewu, dan Candi Plaosan. Candi Sari berada di tengah-tengah perkampungan warga.

Candi Sari terletak di Dusun Bendan, Tirtomartani, Kalasan. Hanya Candi Sari (bersama Plaosan) bercorak buddhis dan dibangun lebih dulu, abad kedelapan. Candi Sari seperti dibentuk bertingkat. Di candi terdapat tiga ruangan berjajar yang saling berhubungan dengan pintu masuk.

Di sisi luarnya, candi ini memiliki pahatan arca-arca sebanyak 36 (delapan di timur, delapan di utara, delapan di selatan, dan 12 di barat). Berdasarkan pola bangunan dan pembagian ruang di Candi Sari, diperkirakan candi ini dulunya digunakan sebagai vihara dan asrama biksu.

Sementara itu, Candi Kalasan yang disebut juga Candi Tara terletak di Desa Kalibening, Tirtamartani, Kalasan, Sleman. Dia berada di pinggir Jalan Solo-Yogyakarta (selatan jalan). Kira-kira dua kilometer ke timur dari Bandara Adisucipto.

Candi Kalasan juga bercorak buddhis, kalau dilihat dari keberadaan arca Dewi Tara. Para arkeolog melihat ini sebagai candi Buddha tertua Yogyakarta. Candi Kalasan rupanya memang dipersembahkan untuk (pemujaan) Dewi Tara. Salah satu keunikannya, seluruh relief dilapisi semen kuno (brajalepha) yang terbuat dari getah pohon tertentu. Saat ini, Candi Kalasan tengah dipugar karena ada atap yang bocor.

Untuk sampai ke lokasi-lokasi tersebut sangat mudah. Wisatawan dari Jabodetabek dapat naik Garuda Indonesia atau Sriwijaya Air dari Bandara Soekarno Hatta menuju Bandara Adisucipto Yogyakarta. Kebetulan area candi-candi tersebut cukup dekat dari Adisucipto. wid/G-1

Gempa yang Merusak

Kurang dari satu kilometer (ke utara) dari Candi Prambanan (Hindu), terletaklah Candi Sewu. Candi ini mungkin kalah tenar dan bahkan "tertutup" oleh Candi Prambanan. Namun sesungguhnya, kompleks Candi Sewu sangat penting fungsinya saat itu. Kompleks ini nomor dua setelah Candi Borobudur, sebagai candi bercorak buddhis. Dia juga lebih tua dari Candi Borobudur dan Prambanan.

Kebanyakan turis setop di Candi Prambanan. Padahal, Candi Sewu juga tak kalah megah dan luar biasa, sebelum gempa Mei 2006 yang merusak berbagai wilayah di Yogyakarta dan Jateng. Sayang, Candi yang dibangun abad kedelapan ini juga terkena dampaknya.

Saat ini, para pekerja terus merekonstruksi untuk mengutuhkan kembali Candi Sewu. Disebut Candi Sewu tak lepas dari legenda Roro Jonggrang yang dilamar Bandung Bondowoso. Dia mau dilamar asal dibuatkan 1.000 candi dalam semalam. Namun sebelum sampai 1.000, Roro Jonggrang minta para ibu membangunkan ayam agar berkokok tanda pagi, sehingga gagallah Bandung. Sejatinya Roro tidak mau dipinang, namun dia menolak secara halus.

Jumlah sesunguhnya di kompleks ada 249 candi, namun tetap disebut Candi Sewu (sewu dalam bahasa Jawa berarti seribu). Kompleks candi-candi Buddha ini memiliki lahan membentang 185 meter dari utara ke selatan dan 165 meter dari timur-barat. Di candi utama, setiap penjuru mata angin terdapat gerbang yang ditongkrongi arca penjaga bernama Dwarapala. Mesti ada pintu di setiap penjuru, tampaknya gerbang utama candi ada di timur. Maka, candi itu menghadap ke timur.

Total 249 candi sebagai citra Buddha Mahayana yang membentuk mandala alam semesta. Candi utama ada di tengah-tengah sebagai sentrum.

Dalam candi-candi pengawal (perwara) terdapat arca-arca Dhyani Buddha. Setidaknya ada empat jenis Dhyani di Kompleks Candi Sewu. Secara berlapis candi-candi kecil mengelilingi candi utama. Lapis pertama ada 28 candi, baris kedua 44 candi, lapis ketiga 80 candi dan keempat (terluar) ada 88 candi.

Secara administratif, kompleks Candi Sewu terletak di Dukuh Bener, Desa Bugisan, Kecamatan Prambanan, Candi Sewu diperkirakan dibangun pada abad ke-8 pada akhir masa pemerintahan Rakai Panangkaran. Rakai Panangkaran (746-784) adalah raja termahsyur dari Kerajaan Mataram Kuno. Karena keagungan dan luasnya kompleks candi ini, candi Sewu diduga merupakan Candi Buddha Kerajaan dan menjadi pusat kegiatan agama Buddha yang penting pada masa lalu.

Hal ini menunjukkan bahwa kawasan Prambanan dan sekitarnya merupakan area penting dalam sektor keagamaan, politik, dan kehidupan Jawa Kuna. wid/G-1

Baca Juga: