Komunitas Ciliwung Depok memetakan titik sampah maupun titik rawan longsor untuk mengatasi bahaya longsor dan pembuangan sampah di sungai.

Sungai Ciliwung pernah populer sebagai lalu lintas antar provinsi di masa kerajaan, kini seolah sirna. Namun saat ini, sungai lebih dikenal sebagai pembawa sampah dan banjir ke ibukota. Agar kemurnian dan kebersihan terjaga, Komunitas Ciliwung Depok berupaya menjaga kelestarian lingkungan sekitar sungai yang sampai saat ini masih menjadi andalan masyarakat sekitar. Iya, sungai Ciliwung yang berhulu di perbatasan Kabupaten Bogor dan Kabupaten Cianjur kerap dituding sebagai pembawa sampah.

Hal tersebut tidak lain, lantaran kali yang melintasi Kabupaten Bogor, Kota Bogor, Kota Depok, dan Jakarta ini, melewati pemukiman bahkan pabrik yang membuang sampah dan limbahnya ke kali. Padahal dengan menjaga kebersihan, kali dapat menjadi paru-paru kota di tengah bangunan beton.

Perawatan menjadi langkah untuk mewujudkan lingkungan lestari. Secara berkala, Komunitas Ciliwung Depok memetakan titik sampah maupun titik rawan longsor untuk mengatasi bahaya longsor dan pembuangan sampah di sungai. Langkah yang dilakukan dengan penyusuran di tiga bagian, yaitu antara perbatasan Kabupaten Bogor sampai Perumahan Grand Depok City (GCD), Perumahan GCD sampai bawah Tol Juanda dan bawah Tol Juanda sampai perbatasan Jakarta Selatan dan Jakarta Timur.

"Biasanya, kita kontrol, kita jelajahi Ciliwung untuk melihat titik longsor dan pemetaan sampah liar dan pabrik yang membuang limbah cair ke sungai," ujar Chairumansyah, anggota Komunitas Ciliwung Depok yang ditemui base camp komunitas di bantaran Kali Ciliwung, di bawah jembatan GDC, Depok, Jawa barat, Rabu (19/12).

Setelah mendapatkan data, mereka akan melaporkan ke dinas terkait. Selama melakukan pemetaan, komunitas lebih banyak melakukan sosialisasi tentang pemeliharaan lingkungan pada masyarakat di sekitar sungai. "Bukan teguran," ujar laki-laki yang biasa disapa Irul ini. Mereka akan menanyakan tentang pengelolaan pembuangan sampah pada masyarakat.

Upaya tersebut cukup membuahkan hasil. Masyarakat mulai membudayakan membuang sampah pada tempatnya. "Yang buang sampahsembarang berkurang namun masih ada yang buang," ujar laki-laki yang memahami artefak di daerah Depok, Jawa Barat.

Upaya dilakukan lantaran sampah dan limbah yang dibuang ke sungai dapat mencemari lingkungan. Sebagai contoh, sampah plastik dapat menjadi residu atau benda yang tertinggal. Bahan tersebut tidak akan hanyut melainkan tertinggal di dalam sungai, semakin lama akan semakin menumpuk dan susah di daur ulang. Jika sudah dalam kondisi tersebut, komunitas akan menghubungi Dinas Kebersihan dan Pertamanan untuk mengangkut sampah ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Upaya menjaga lingkungan lantaran sungai tidak sekedar aliran air dari hulu ke hilir. Sungai telah dimanfaatkan sebagai air minum kemasan. Sampah limbah yang dibuang ke sungai akan mengganggu proses water treatment air sungai menjadi air minum.

Selain itu, sepanjang musim kemarau, Kali Ciliwung di daerah Depok dimanfaatkan sebagai MCK (mandi, cuci, kaku). Lantaran pada musim tersebut, sumur warga banyak yang kering. Sejak 2008, Komunitas Ciliwung Depok yang beranggotakan kebanyakan warga di sekitar sungai telah tergerak mengelola lingkungan Sungai Ciliwung. Gerakan berawal dari adanya pembangunan perumahan dengan menguruk bantaran sungai. Pembangunan tersebut dipandang sangat berbahaya lantaran sungai memiliki siklus banjir setiap lima tahunan. "Kasihan yang membeli rumah nantinya," ujar dia. Saat itu, mereka berupaya mengadvokasi pembangunan perumahan.

Sayang, upaya yang dilakukan tidak diindahkan pengembang yang memilih meneruskan proyek. Di sisi lain, sungai Ciliwung tidak sekedar masalah aliran dari hulu ke hilir. Ada sejarah yang melekat pada sungai. Pada masa kerajaan, wilayah tersebut menjadi lalu lintas antara Negara Bogor, Negara Depok dan Batavia dengan kapal yang beratnya mencapai dua ton.

Bahkan dari seorang saksi sejarah, kapal yang melintas dari Bogor ke Jakarta mampu membawa kelompok musik keroncong. Menjaga, kelestarian Sungai Ciliwung tidak sekadar lingkungannya namun sekaligus juga sejarahnya. din/E-6

Menata Sungai Menuju Ekowisata

Sungai mampu mengundang daya tarik masyarakat sekitar lantaran aliran sungai dan lingkungan terjaga. Mereka tak segan untuk menyusuri bantaran sungai bahkan mandi di sungai. Hal tersebutlah yang terjadi di Sungai Ciliwung, di bawah Jembatan GDC, Depok, Jawa Barat. Sungai ini dimanfaatkan sebagai ruang bermain bahkan rekreasi warga. Seperti, serombongan anak kecil yang menuju sungai sambil berlari, Rabu (19/12) siang. Mereka langsung melepas pakaian dan menjeburkan diri ke sungai begitu sampai di bibir sungai. Luapan kegembiraan memecah siang yang sunyi di kawasan Sungai Ciliwung.

Diantaranya, ada yang menggunakan ban pelampung sebagai kendaraan menyusuri sungai yang masih tergolong cetek, lantaran masih dalam masa permulaan musim hujan. Anak-anak bukan berarti berenang di sungai tanpa pengawasan. Komunitas Ciliwung Depok mengawasi sepanjang berenang di sungai. "Di sini kita (Komunitas Ciliwung Depok) jaga, relawan di sini akan melihat dan mengontrol beberapa menit sekali ke tempat anak-anak berenang," ujar Irul. Untuk keamanan, para relawan selalu menanyakan kemampuan berenang sebelum anak-anak ke sungai.

"Kita wajib menanyakan bisa berenang nggak di sini," ujar dia. Jika ada yang tidak bisa berenang, komunitas menyediakan ban maupun jaket pelampung yang dapat digunakan untuk mengarungi sungai. Keterlibatan komunitas tidak lain lantaran, mereka ingin menularkan kenikmatan bermain di sungai pada anakanak, sepertihalnya yang mereka rasakan saat kanak-kanak. Maksudnya adalah agar anak-anak jaman sekarang tidak hanya mengenal gadget melainkan lingkungan sekitar yang diperlukan untuk kehidupan manusia.

"Lebih baik (mereka) merasakan bermain di luar rumah yang penuh tantangan," ujar Irul. Untuk masyarakat yang tidak menyukai renang di sungai, mereka dapat menyusuri sungai maupun jogging di sepanjang sungai. Lantaran, bantaran di sekitar Sungai Ciliwung dekat GDC telah berbentuk jogging track yang dibangun pemerintah kota. Sampai saat ini, setiap akhir pekan banyak masyarakat yang menggunakan area tersebut untuk jogging ataupun sekadar menikmati pemandangan sekitar sungai. Komunitas Ciliwung Depok sengaja mengelola kawasan sungai supaya menjadi percontohan daerah-daerah lain yang dilintasi Sungai Ciliwung.

Harapannya, saat pemerintah kota menggaungkan Sungai Ciliwung sebagai ekowisata, masyarakat di sekitar sungai dapat berpartisipasi dalam konsep wisata tersebut. Pengarungan sungai melalui jalan air atau susur sungai atau jalan kaki sepanjang bantaran sungai dapat mampir di setiap kampung di sepanjang sungai.

Untuk itu, kampungkampung yang dilintasi perlu menjaga kebersihan supaya menarik para pelancong. Di sisi lain, warga kampung dapat memanfaatkan kedatangan pengunjung dengan menjual hasil karyanya. "Untuk menambah penghasilan masyarakat di sana," ujar dia. Alhasil, Sungai Ciliwung tidak sekedar dikenal sebagai aliran pembawa sampah melainkan memberikan kehidupan untuk masyarakat sekitarnya. din/E-6

Vegetasi untuk Mencegah Banjir dan Menyimpan Air

Pohon bambu yang memenuhi sempadan Sungai Ciliwung mampu memberikan kesejukan di sekitar sungai. Keberadaannya tidak sekadar penghias di sisi-sisi sungai. Vegetasi tersebut merupakan penjaga air dan penyimpan air. Pohon bambu yang tumbuh di sekitar sungai merupakan satu kesatuan yang tidak dipisahkan.

Di Sungai Ciliwung, pohon bambu telah tumbuh sejak nenek moyang. "Kalau menurut para ahli, pohon bambu merupakan pohon penghasil oksigen terbanyak dari pohon-pohon yang ada (di sekitar Sungai Ciliwung)," ujar Taufiq DS, penggiat Sungai Ciliwung yang ditemui di sempadan Sungai Ciliwung, Rabu (19/12) .

Selain itu, pohon sebanyak tempat penyimpan air terbanyak. Vegetasi atau adanya ekologi tumbuhan di sepanjang sempadan sungai yang terawat mampu mencegah banjir di bagian hilir. Selain pengelolaan sampah, vegetasi mampu menahan air supaya tidak terlau banyak yang masuk ke sungai. Air dari daratan akan ditahan pohon-pohon di sekitar sempadan sungai, salah satunya pohon bambu.

Untuk itu, laki-laki yang mendirikan Komunitas Ciliwung Depok itu selalu menyarankan menanam pohon bambu pada pihakpihak yang ingin melakukan kegiatan penanaman pohon di sekitar sempadan. Bambu betung dan bambu apus merupakan jenis bambu yang banyak tumbuh di daerah tersebut. Untuk masyarakat yang ingin menanam pohon, ia menyarankan untuk menanam jenis pohon bambu selain betung dan apus, supaya ada variasi tanaman. Bagi Taufiq, perawatan sempadan adalah dengan penanaman berbagai vegetasi.

Selain menjaga aliran air dari daratan, vegetasi menjadi menjadi tempat tinggal berbagai binatang. Ia kurang menyetujui pembangunan normalisasi Sungai ciliwung sepanjang 19 kilometer di Jakarta. Pembangunan yang menembok bagian sisisisinya dapat menghilangkan tempat tinggal binatang dan menghilangkan peresapan air. "Memang rapi, tapi kalau tembok (bagian di sisi sungai) akan putus kehidupan di air dan darat( kehidupan binatang, resapannya)," ujar dia. Pemerintah hanya memikirkan air hujan yang menggenang masuk ke sungai dan cepat sampai ke lautan.

Padahal seperti Jakarta, kondisi daratannya sudah turun sehingga jika ada luapan air laut akan terjadi rob. Penyerapan air diperlukan untuk menjaga cadangan air juga untuk mencegah terjadinya banjir. Di sejumlah negara, mereka telah membongkar tembok sepadan sungai lalu mengganti dengan vegetasi. Upaya tersebut tidak lain untuk mencegah banjir maupun menyimpan air ke dalam tanah. din/E-6

Baca Juga: