Rudal balistik Korea Utara (Korut) dilaporkan mengalami kegagalan saat uji coba pada Rabu (16/3). Rudal tersebut dikabarkan meledak di tengah udara tak lama setelah diluncurkan.

Militer Korea Selatan (Korsel) menyebut kegagalan uji coba rudal ini tak lama berselang setelah munculnya kabar pengujian rudal balistik antarbenua (ICBM) pertama Korut sejak terakhir kali diluncurkan pada 2017. Rudal tersebut tampak diluncurkan pada pukul 09.30 dari daerah dekat bandara internasional Pyongyang.

Setelah itu, seorang pejabat militer Korsel menyebut roket yang diluncurkan terlihat meledak di tengah udara. Dikabarkan, roket tersebut meledak sebelum mencapai ketinggian 20 kilometer.

"Tampaknya meledak di tengah udara sesaat usai peluncuran," kata Kepala Staf Gabungan Korel, dikutip dari AFP, Senin (21/3).

Roket diluncurkan dari daerah yang sama di mana Korea Utara dalam beberapa pekan terakhir terlihat melakukan uji coba sistem satelit. Menurut Amerika Serikat (AS), program uji coba tersebut merupakan bagian dari upaya untuk mengembangkan rudal balistik antarbenua baru.

Untuk saat ini, otoritas Korea Selatan sedang menjalankan analisis tambahan untuk melihat spesifikasi rudal yang gagal dalam uji coba tersebut.

Dikutip dari Bloomberg, terdapat beberapa saksi saat kejadian tersebut, yang mengaku mendengar suara keras seperti pesawat saat peluncuran rudal dilakukan, diikuti suara ledakan. Adapun saksi lainnya yang melaporkan munculnya asap kemerahan dari lokasi kecelakaan rudal tersebut.

Meski demikian, belum ada rincian lebih lanjut mengenai uji coba peluncuran rudal yang dilakukan oleh Korut ini. Namun kecelakaan seperti ini bisa menjadi kegagalan rudal terbesar Korea Utara sejak Agustus 2017, ketika sebuah rudal balistik yang dicurigai hancur berkeping-keping.

Peluncuran rudal tersebut merupakan uji coba senjata ke-10 yang digelar Korut sepanjang tahun ini. Meski dijatuhi sanksi internasional, Korut tetap menggelar tujuh uji coba rudal pada Januari dan dua kali meluncurkan komponen yang disebutnya 'satelit pengintai'.

Peluncuran terbaru Korut pada Rabu (16/3) dilakukan usai AS mencurigai Korut bersiap menembakkan rudal ICBM pada jangkauan penuh untuk pertama kali sejak tahun 2017.

Kemungkinan besar rudal Hwasong-17 yang dijuluki 'rudal monster' oleh para anlis setelah pertama dipamerkan pada Oktober 2020.

"Tanda-tanda mengindikasikan Korut menguji coba Hwasong-17 hari ini," ujar peneliti senior pada Sejong Institute, Cheong Seong-chang kepada AFP.

"Dengan Rusia sekarang sangat tidak mungkin untuk menyetujui sanksi tambahan terhadap Korea Utara dalam situasi uji peluncuran seperti itu di tengah invasi ke Ukraina. Pyongyang tampaknya menilai itu adalah waktu yang opimal untuk melakukannya," lanjutnya.

Cheong menilai kegagalan peluncuran rudal pada Rabu (16/3) waktu setempat akan dipelajari secara cermat oleh Korut. Menurutnya, Korut juga akan melakukan peluncuran rudak kembali, mengingat dibutuhkan sekitar tiga kali uji coba untuk memastikan rudal tersebut berfungsi.

"Saya memperkirakan Korea Utara melakukan satu ada dua uji coba peluncuran lagi sebelum 15 April," tuturnya.

Komando Indo-Pasifik Amerika Serikat (AS) mengecam peluncuran rudal balistik tersebut. Oleh karena itu, pihaknya dikabarkan sedang berkonsultasi erat dengan Korea Selatan, Jepang dan sekutu regional lainnya.

Korea Utara sebenarnya telah dilarang oleh resolusi PBB untuk melakukan uji coba rudal balistik. Namun, Kim tampaknya yakin dia dapat lolos dari hukuman lebih lanjut dengan dukungan Moskow dan Beijing.

Di sisi lain, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Tiongkok Zhao Lijian mengatakan, Tiongkok tidak mendukung apa pun yang berpotensi meningkatkan ketegangan di wilayah tersebut.

"Kami berharap untuk melihat perdamaian dan stabilitas berkelanjutan di Semenanjung Korea dan percaya semua pihak harus melakukan upaya positif untuk mempromosikan dialog dan pembicaraan damai," ujarnya pada sebuah konferensi pers, Rabu (16/3).

Baca Juga: