Mengurangi beban Jakarta ­dengan membangun Ibu Kota Baru ­akan membuat kualitas hidup ASN akan lebih baik. IKB berkonsep ramah lingkungan.

Sudah lama dan banyak yang meramalkan Jakarta bakal tenggelam. Yang terbaru, sebuah lembaga konsultan analisis risiko di bidang politik, ekonomi sosial, dan lingkungan yang berbasis di Bath, Inggris, Verisk Mapelcroft, meramalkan Jakarta akan tenggelam di tahun 2050.

Verisk Mapelcroft dalam laporannya tentang kota-kota di dunia yang berisiko lingkungan secara global, menyebutkan terdapat 99 kota-kota di Asia yang masuk dalam 100 kota teratas. Dari 99 tersebut, 37 kota-kota di Tiongkok dan 43 kota-kota di India.

Secara global, ada 414 kota di seluruh dunia berpenduduk di atas satu juta jiwa yang rentan terhadap polusi, persediaan air yang menipis, panas yang ekstrem, dan bencana alam. Secara kolektif, 414 kota-kota tersebut adalah tempat tinggal bagi 1,4 miliar jiwa.

Dan yang mengejutkan, Jakarta menempati urutan pertama sebagai kota yang paling berisiko. Delhi (India) berada di urutan kedua, Chennai (India) berada di urutan ketiga, dan Surabaya berada di nomor empat. Posisi berikutnya ada Chandigarh (India), Agra (India), Meerut (India), Bandung, Aligarh (India), dan Kanpur juga di India.

Laporan Verisk Maplecroft ini melengkapi laporan-laporan yang sudah pernah ada sebelumnya dan ini menegaskan bahwa Jakarta memang benar-benar berisiko tenggelam. Lihat saja, Teluk Jakarta permukaan air lautnya naik.

Beberapa wilayah di Jakarta Utara sudah tergenang rob yang makin hari makin ke selatan. Di saat yang sama, permukaan tanah menurun akibat penggunaan air tanah yang dilakukan, baik itu di perumahan maupun di perkantoran. Sebuah studi mengungkap, tiap tahun tanah di Jakarta turun antara 1-15 cm. Ini artinya, dalam 10 tahun, permukaan tanah di Jakarta bisa turun 1,5 meter.

Karena itu, tidak ada alasan lagi, sesegera mungkin pemerintah pusat maupun Pemerintah Provinsi DKI memoratorium pengambilan air tanah. Artinya, jangan lagi ada pengambilan air tanah di wilayah yang sudah kritis seperti di wilayah Jakarta Utara.

Secara geografis, posisi Jakarta juga kurang ideal. Dekat dengan Laut Jawa dan ada 13 sungai yang mengalir di dalamnya. Karena itu, tidak mengherankan jika hampir tiap tahun Jakarta dilanda banjir. Dan kondisi tersebut dari tahun ke tahun makin memburuk.

Langkah Presiden Joko Widodo mengurangi beban Jakarta dengan menjadikannya hanya sebagai pusat bisnis dan perdagangan, sedangkan pusat pemerintahan dipindah ke Penajam Paser Utara di Kalimantan Timur harus segera direalisasikan. Memang dari segi pendanaan cukup berat, apalagi upaya pemulihan ekonomi karena imbas pandemi Covid-19 memerlukan dana sangat besar.

Namun, pembangunan Ibu Kota Baru (IKB) pasti lebih bermanfaat dibanding pengucuran kredit ke properti yang membuat harga properti di Jakarta sudah tidak masuk akal. Sampai-sampai seorang artis papan atas mengeluh tidak mampu beli rumah di Jakarta karena harga rumah di Ibu Kota sudah hampir sama dengan harga rumah artis-artis kaya Hollywood di Beverly Hills.

Mengurangi beban Jakarta dengan membangun IKB paling tidak akan membuat kualitas hidup Aparatur Sipil Negara (ASN) yang bekerja di pusat pemerintahan tersebut akan lebih baik. IKB akan ramah lingkungan karena konsepnya forest city. IKB akan memanfaatkan energi baru terbarukan (EBT), seperti energi, air, angin, dan matahari. Semoga segera terwujud.

Baca Juga: