STANFORD - Sebuah hasil penelitian di jurnal Science, pada hari Kamis (5/9) menyebutkan, mengoleskan pewarna makanan yang menyerap cahaya ke kulit tikus dapat membuat kulitnya transparan, yang memungkinkan peneliti melihat ke dalam pembuluh darah di kulit kepala, pergerakan organ di bawah kulit perut, dan kerja otot.

"Proses yang tidak berbahaya ini, yang dapat dikembalikan seperti semula dengan pencucian cepat, pada akhirnya dapat berguna dalam berbagai diagnostik medis," kata para peneliti dalam sebuah pernyataan.

"Menyuntikkan pewarna tartrazina dan umumnya dikenal sebagai FD&C (Federal Food, Drug, and Cosmetic) Yellow 5, dapat menghasilkan pandangan yang lebih dalam ke dalam tubuh," kata mereka berspekulasi.

Dikutip dariThe Straits Times, umumnya isi tubuh tidaklah tak terlihat karena cahaya membelok dan menyebar secara berbeda saat melewati masing-masing jaringan dan cairan yang berbeda.

Bila dilarutkan dalam air, molekul tartrazina terstruktur sedemikian rupa sehingga selaras dengan kemampuan kulit dalam membelokkan cahaya atau indeks biasnya. Pewarna tersebut menyerap cahaya biru/ungu dan membiarkan cahaya merah/oranye bergerak melalui jaringan, sehingga menghasilkan transparansi.

"Ke depannya, teknologi ini dapat membuat pembuluh vena lebih terlihat saat pengambilan darah, membuat penghapusan tato dengan laser lebih mudah, atau membantu deteksi dini dan pengobatan kanker," kata Hong Guosong, peneliti dari Universitas Stanford, yang membantu memimpin penelitian tersebut.

"Misalnya, terapi tertentu menggunakan laser untuk menghilangkan sel kanker dan prakanker, tetapi terbatas pada area di dekat permukaan kulit. Teknik ini mungkin dapat meningkatkan penetrasi cahaya tersebut."

Sebuah komentar yang diterbitkan bersama makalah tersebut mencatat Herbert George Wells meramalkan pendekatan ini sejak lama dalam novelnya The Invisible Man.

"Tokoh protagonis menciptakan serum yang membuat sel-sel dalam tubuhnya transparan dengan mengendalikan indeks biasnya secara tepat agar sesuai dengan medium di sekitarnya, udara," tulis Christopher Rowlands dan Jon Gorecki dari Imperial College London.

Kini, 127 tahun kemudian, tim Stanford melaporkan pewarna biokompatibel membuat jaringan hidup menjadi transparan dengan menyesuaikan indeks bias media di sekitarnya agar sesuai dengan sel.

Baca Juga: