Misi pesawat “Al Amal†milik Uni Emirat Arab ke Mars bertujuan mempelajari seluk-beluknya sebagai penjajakan potensi untuk dihuni manusia.

Peluncuran pesawat misi ke Mars oleh Uni Emirat Arab (UEA) menggunakan Roket H-IIA mundur. Semua dijawalkan berlangsung pada 15 Juli 2020 dini hari. Akhirnya ditunda hingga Jumat. Penundaan terjadi dikarena cuaca tidak mendukung di Tanegashima Space Center, Japan, tempat peluncuran.

Hujan deras turun selama lebih dari seminggu di wilayah itu dan sebagian besar Jepang. Hal ini memicu tanah longsor dan banjir menewaskan lebih dari 70 orang. Kebanyakan korban berada di pulau utama selatan Kyushu.

Misi dengan nama "Al Amal" atau harapan menjadi terobosan sekaligus inspirasi anak muda Arab dalam menguasai angkasa luar. Peluncuran pesawat ini sebagai langkah pertama UEA mengoloni Mars pada tahun 2117 atau 100 tahun sejak misi membangun permukiman manusia pertama di planet Merah itu dicanangkan pada Februari 2017.

Dengan meluncurkan misi antarplanet UEA berambisi bergabung dengan barisan segelintir negara elite antariksa. Selama enam tahun terakhir, negara kecil Timur Tengah ini telah bekerja tanpa lelah untuk membangun pesawat ruang angkasa yang dapat mengorbit ke planet Merah untuk mempelajari atmosfer dan cuacanya.

Setelah peluncuran Al Amal yang tertunda, Tiongkok juga berencana untuk meluncurkan pengorbit, penjelajah, dan pendarat ke planet Merah pada 23 Juli. Tak lama setelah itu, pada 30 Juli, NASA akan meluncurkan bajak berikutnya ke Mars yang disebut Perseverance.

Mengapa misi dilakukan sidikit berbarengan? Alasannya pada bulan ini jarak antara bumi dan Mars sedang berada paling dekat satu sama lain. Jarak yang relatif dekat ini hanya terjadi dua tahun sekali. Jadi, jika misi pada bulan ini gagal, maka harus menunggu sekitar 2 tahun lagi atau tepatnya pada 2022 untuk melakukan kembali.

Hadiah 50 Tahun

Bagi para ahli di UEA, peluncuran selama jendela waktu ini sangat penting, karena tengah fokus dapat sampai ke Mars tahun depan. Harapannya peringatan 50 tahun berdirinya negara UEA pada Desember 2021, akan dirayakan dengan sesuatu yang besar.

Ini sesuai arahan yang Perdana Menteri UEA, Mohammed bin Rashid Al Maktoum, pada akhir Maret 2013. Kala itu dia minta insinyur luar angkasa nasional untuk melakukan misi ambisius pada 2021. "Kerangka waktu yang kami miliki sangat, sangat ketat," kata Omran Sharaf, Manajer Proyek untuk Misi Mars UEA kepada The Verge.

Untuk mencapai tahap peluncuran wahana ke Mars memang tidak mudah. Apalagi UEA baru merintis misi ke luar angkasa pada 14 tahun terakhir. Pertama mereka membangun dan meluncurkan satelit untuk mengamati bumi. Selanjutnya membuat pesawat ruang angkasa melalui ruang antarplanet.

Untuk misi ini, UEA bermitra dengan berbagai lembaga akademik di AS untuk membantu menyelesaikan pekerjaan. "Ada banyak yang harus dipelajari," kata Sharaf. "Masalahnya... kami tidak ingin memulai dari awal. Kami harus belajar dari orang lain, " ungkapnya.

Jika semua berjalan lancar, pesawat akan sampai di Mars pada Februari 2021. Selanjutnya pesawat akan memasuki orbit di sekitar Mars. Ini menjadi prestasi hebat mengingat hanya empat lembaga luar angkasa yang melakukannya.

Dalam proyek Harapan pemerintah UEA hanya memberikan anggaran 200 juta dollar AS atau sekitar 2,8 triliun rupiah. Namun demikian, tim harus mematuhi tenggat yang ketat dengan ketentuan khusus, harus membangun pesawat sendiri, tidak boleh membeli teknologi.

Tim dari Mohammed bin Rashid Space Center memang membangun pesawat ruang angkasa Hope, bekerja sama dengan University of Colorado di Boulder. Universitas ini telah merancang instrumen untuk misi ke Mars sejak 1960-an.

"Itulah yang unik tentang proyek ini," kata Sharaf. "Pada akhirnya, Anda memiliki anggota tim AS yang melapor ke Emirati dan Anda memiliki Emirati yang melapor ke anggota tim AS," katanya.

Selain dari Universitas of Colorado, UEA juga menerima bimbingan dari para peneliti di Arizona State University dan University of California, Berkeley. Kolaborasi ini membuat UEA dapat membangun pesawat ruang angkasa unik dan kuat, tanpa membangun infrastruktur baru.

Untuk berkomunikasi dengan Hope, Emirat mengandalkan Deep Space Network (DSN) milik NASA. DSN memiliki jajaran antena yang terdapat di seluruh dunia yang dirancang untuk terhubung dengan pesawat ruang angkasa antarplanet.

Hope dibuat mampu berkomunikasi mandiri. Lantaran berada cukup jauh komunikasi sinyal radio satu arah akan memakan waktu hingga 15 atau 20 menit tergantung posisi planet berada di orbitnya. Itu berarti Harapan harus melakukan sebagian besar fungsinya sendiri, termasuk memasukkan dirinya ke orbit Mars.

Saat mencapai Mars, Al Amal juga harus menembakkan mesin onboard-nya selama 30 menit, memperlambat dirinya sendiri dari 121.000 kilometer per jam menjadi di bawah itu. "Jjika kamu terlalu cepat, kamu menabrak Mars," kata Sharaf. "Kamu terlalu lambat, itu melompat di atmosfer dan itu fase kritis dalam misi," tambahnya.

Tim UEA optimistis bahwa pesawat ruang angkasa Hope akan dapat membuat beberapa penemuan baru signifikan saat di Mars. Mereka berharap dapat mengumumkan hasil ilmiah tepat waktu untuk peringatan 50 tahun UEA pada bulan Desember. hay/G-1*

Baca Juga: