Oleh Deslina Zahra Nauli
Tanggal 21 November lalu bangsa Indonesia memperingati Hari Ikan Nasional (Harkannas) melalui Keputusan Presiden Nomor 3 Tahun 2014. Penetapan Harkannas ke-4 tahun 2017 menjadi momentum mengampanyekan gerakan makan ikan (gemarikan) agar kesehatan dan kecerdasan masyarakat semakin baik. Harkannas diharapkan mampu menggugah kesadaran nasional peran penting sektor pangan perikanan dalam pembangunan Indonesia. Ikan sebagai pangan protein menjadi unsur penting membangun kedaulatan pangan nasional.
Konsumsi ikan Indonesia masih rendah dari ASEAN. Data Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menunjukkan, indeks konsumsi ikan masyarakat Indonesia pada 2016 mencapai 43,88 kilogram per kapita per tahun. Angka itu jauh di bawah Malaysia dan Singapura yang mencapai 56,2 kilogram per kapita per tahun dan 48,9 kilogram. Jepang sudah mencapai lebih dari 100 kg per kapita per tahun. Sungguh sebuah ironi rendahnya konsumsi ikan Indonesia berbanding terbalik dengan wilayahnya yang kaya sumber protein ini.
Konsumsi ikan Indonesia juga timpan. Pulau Jawa merupakan daerah dengan konsumsi ikan perkapita terendah (< 20 kg) dari wilayah lain. Indonesia bagian timur memiliki tingkat konsumsi ikan cukup tinggi (> 31,4 kg). Hal ini karena budaya atau kebiasaan pola konsumsi yang berbeda di tiap wilayah.
Beberapa faktor yang memengaruhi rendahnya konsumsi ikan antara lain ketersediaan dan distribusi tidak merata terutama di luar wilayah pesisir. Kemudian, pemahaman masyarakat mengenai arti penting mengonsumsi ikan belum tinggi. Sebagian masyarakat masih mengutamakan daging ayam dan sapi.
Satu faktor yang juga cukup berpengaruh terutama masyarakat perdesaan, tingkat kesejahteraan imbas pada daya beli. Secara geografis, Indonesia terdiri atas pesisir dan tengah yang sebagian berupa pegunungan. Di wilayah pesisir, ketersediaan ikan laut cukup banyak karena setiap hari ratusan kapal nelayan membongkar hasil tangkapan. Di wilayah tengah, ikan laut tidak banyak tersedia.
Di sinilah kebutuhan ikan air tawar untuk masyarakat tengah mesti didorong. Ini dibutuhkan fasilitasi pemerintah bagi pembudi daya ikan dalam meningkatkan produksi dengan memperbanyak tempat budi daya ikan air tawar. Bila fungsi ini bisa berjalan baik, niscaya ekonomi rakyat juga akan lebih bergulir dan ujung-ujungnya bisa mengurangi angka kemiskinan.
Meskipun tingkat konsumsi ikan per kapita masyarakat secara nasional selama 3 tahun terakhir telah meningkat, angkanya masih belum merata antardaerah. Pulau Jawa, misalnya, rata-rata konsumsi ikannya masih sangat jauh dari pola pangan harapan (pph) yang minimal 150 gram/kapita/hari. Gambaran tersebut memprihatinkan mengingat kekayaan ikan perairan darat maupun laut.
Ikan merupakan salah satu pangan protein hewani yang sangat baik untuk kesehatan. Ikan punya banyak manfaat jika dikonsumsi rutin. Kandungan nutrisi ikan cukup banyak seperti asam lemak Omega-3, vitamin D, B2 (riboflavin), kalsium, fosfor, zat besi, seng, yodium, magnesium, dan kalium. Dalam 25 tahun terakhir banyak sekali penemuan ilmiah dari para ahli gizi dan kesehatan dunia yang membuktikan bahwa ikan dan jenis seafood lainnya sangat baik untuk kesehatan serta kecerdasan manusia (Fridman, 1998).
Kenyataan ini disebabkan ikan rata-rata mengandung 20 persen protein yang mudah dicerna dengan komposisi asam amino esensial yang seimbang. Ikan juga rendah kandungan lemak jenuh. Ikan juga mengandung omega-3 yang sangat penting bagi perkembangan jaringan otak. Kandungan omega-3 ikan jauh lebih tinggi dari sumber omega-3 lainnya.
Pada 100 gram ikan rata-rata mengandung 210 mg omega-3. Sedangkan 100 gram daging sapi hanya mengandung 22 mg omega-3. Kemudian daging ayam 19 mg dan daging kambing 18 mg. Kandungan protein yang besar dalam ikan juga akan mampu memperbaiki gizi masyarakat yang saat ini rata-rata tinggi badan laki-laki hanya 157 cm di bawah rata-rata tinggi orang ASEAN, 168 cm. Sedangkan perempuan Indonesia rata-ratanya 147 cm dan ASEAN 153 cm.
IQ
Selanjutnya konsumsi ikan juga mampu memperbaiki faktor IQ mengingat rata-rata IQ orang Indonesia hanya sekitar 89. Sementara itu, rata-rata IQ orang ASEAN sekitar 91,3.
The American Heart Association telah merekomendasikan makan dua porsi ikan per pekan untuk membantu memastikan cukup lemak omega-3, khususnya DHA dan EPA. Rekomendasi ini juga merupakan cara terbaik mendapat berbagai keuntungan dari ikan.
Strategi pendekatan dalam upaya menggenjot konsumsi ikan dapat dilakukan dengan meningkatkan minat dan pilihan masyarakat mengonsumsi ikan. Caranya dengan melalui komunikasi, informasi dan edukasi kepada masyarakat luas. Kegiatan promosi gemarikan dapat dilakukan dengan penyampaian pesan melibatkan berbagai pihak baik pemerintah, swasta, LSM, maupun masyarakat agar dapat lebih efektif. Media penyampaian lewat kegiatan-kegiatan penyuluhan, seminar, dan lokakarya.
Promosi berkualitas tinggi perlu dilakukan untuk mengubah perilaku dan meningkatkan kesadaran individu, keluarga, atau masyarakat pentingnya konsumsi ikan. Pemerintah bisa menerapkan pola baru dalam menyiapkan makan dengan mendahulukan ikan pada makanan kedinasan atau kantor.
Sementara itu, pada kehidupan keluarga para orangtua bisa memberi teladan bagi anak-anaknya agar memulai budaya konsumsi ikan sejak dini. Program seribu hari konsumsi ikan bagi ibu sejak hamil dengan kandungan berusia 2 hingga 3 bulan saatnya perlu disosialisasikan kembali secara berkelanjutan.
Selain itu, permasalahan rendahnya angka konsumsi per kapita per tahun merupakan indikasi masih belum berkembangnya pasar ikan domestik. Kemudian, masih kurang baiknya sistem informasi yang menghubungkan antara penjual dan pembeli.
Belum optimalnya informasi pasar menyebabkan kelebihan pasokan ikan di suatu daerah. Sementara itu, di daerah lain kekurangan pasokan ikan. Kelebihan penawaran karena potensi yang melimpah dapat berdampak negatif karena ikan bersifat perishable (mudah rusak).
Karena itu diperlukan sistem informasi pasar ikan dengan dukungan infrastruktur dan kerja sama terintegrasi untuk memenuhi kebutuhan informasi andal, cepat, tepat, lengkap, dan akurat. Melalui sistem informasi diharapkan dapat diketahui kebutuhan dan ketersediaan ikan.
Di sisi lain, upaya meningkatkan konsumsi ikan juga membutuhkan strategi pada aspek kelembagaan. Harus dilakukan pemberdayaan para stakeholder di sektor kelautan dan perikanan baik pemerintah, dunia usaha, masyarakat maupun perguruan tinggi agar tujuan mengubah pola konsumsi menuju ikan tercapai.
Akhirnya dengan sumber daya perikanan yang melimpah seharusnya bangsa kita bisa mengambil manfaat besar. Caranya dengan menjadikan menu ikan beserta olahannya gaya hidup sehat agar angka konsumsi ikan semakin meningkat.Penulis lulusan InstitutPertanian Bogor