Acara berlangsung sangat meriah. Tidak kurang dari 3.000 penonton tumpah di Puri Tri Agung. Mereka larut dalam pesta kuliner gratis dan acara panggung gembira.

BANGKA - Pemerintah harus menggalakkan berbagai potensi wisata untuk menarik sebanyak mungkin turis, baik domestik (wisnu) maupun asing (wisman). Sebab, pemerintah sendiri mengakui bahwa sektor wisata bisa diandalkan sebagai "juru selamat" perekomian yang tengah tertekan, baik secara global maupun internal. Harapan ini disampaikan Ketua Panitia Perayaan "Pat Ngiat Pan" Puri Tri Agung Bambang Patijaya di Puri Tri Agung, Sungailiat, Bangka, Babel, Sabtu (29/9).

Salah satu yang potensial digarap adalah dengan mengulik tradisi-tradisi, seperti Pat Ngiat Pan ini. Acara itu secara tradisional lebih dikenal sebagai Festival Kue Bulan atau Moon Cake Festival. Kegiatan yang menyedot ribuan orang dari pelosok Bangka, kota-kota lain, dan ada sejumlah orang asing ini telah beberapa kali dilaksanakan di Puri Tri Agung, sebuah tempat doa umat Buddha yang megah di puncak perbukitan.

Acara dibuka dengan kuliner bebas yang disediakan panitia secara gratis mulai pukul 18.00. Ribuan pengunjung tumplek di Puri Tri Agung. Mereka menyerbu berbagai suguhan seperti martabak Manis "Akwan," kembang tahu, kolak pisang, sampai es cendol, dan tentu saja kue bulan itu sendiri.

"Ini bagian dari berbagi kebahagiaan kepada sesama, tak ada kotak-kotak SARA. Tidak ada yang dilarang datang. Semua diundang untuk bergembira bersama. Namun, di tengah kegembiraan itu, kita juga tak boleh lupa, ikut prihatin dan sedih atas kejadian gempa dan tsunami yang menimpa saudara-saudara kita di Donggala dan Palu," ujar Bambang.

Dikemas Lebih Turistik

Bambang yakin andai tradisi digarap secara serius dan dikemas maksimal akan mampu menggaet wisatawan lebih banyak. Apalagi Indonesia kaya akan berbagai tradisi adiluhung. Tiap daerah memiliki tradisi, sehingga tiap daerah pula bisa menghasilkan destinasi turis. Semua tinggal mengemas. "Maka, tradisi festival kue bulan ini yang merupakan tradisi lama turun-temurun, kini dikemas lebih turistik, tanpa meninggalkan ciri-ciri khasnya," kata Ketua Alumni Lemhanas Cabang Babel tersebut.

Memang benar pernyataan Bambang tersebut. Hal itu tampak dari pengunjung Pat Ngiat Pan. Mereka datang dari seantero Bangka, Belitung, Palembang, Jakarta, Bandung, dan beberapa turis mancanegara. "Acara kebersamaannya bagus sekali dan masyarakatnya welcome banget," kata Ketua Yayasan Ephphatha, Heni.

Menurutnya, kegiatan ini selain menarik bagi wisatawan, juga bisa menghangatkan kebinekaan. "Anak-anak saya sangat bergembira. Mereka senang sekali," tutur Heni yang membawa 15 anak tunarungu.

Acara Pat Ngiat Nam berlangsung sangat meriah. Menurut Bambang, tidak kurang dari 3.000 orang tumpah di Puri Tri Agung. wid/N-3

Baca Juga: