JAKARTA - Kasus baru cacar monyet makin bertambah, WHO mengeksplorasi peran dari kontak seksual dalam penyebaran penyakit ini, demikian menurut penasihat senior WHO seperti dilaporkan Newsweek, Minggu (22/5).

Sabtu (21/5), WHO melaporkan 92 kasus terkonfirmasi dan 28 suspek di negara-negara yang secara normal tidak terdampak penyakit cacar monyet.

"Apa yang terjadi saat ini adalah virus menyusup ke penduduk dalam bentuk seksual, genital, dan tersebar, menjadi penyakit infeksi menular seksual yang penularannya meluas ke seluruh dunia," kata David Heymann kepada Reuters, dikutip Newsweek.

Heymann adalah Kepala Kelompok Penasihat Teknis dan Strategis pada Wabah Infeksi dengan Potensi Pandemi dan Endemi WHO.

Pakar penyakit infeksi lainnya, Profesor Jimmy Whitworth dari The London School of Hygiene and Tropical Medicine mengatakan, perlu dicari tahu penyebabnya jika wabah cacar monyet menyebar secara berbeda melalui kontak seksual.

"Anda bisa bayangkan seorang wanita tinggal dalam rumah yang sama, berbagi peralatan, dan lainnya dengan seseorang yang membawa virus. Tetapi kita belum melihatnya sejauh ini," kata Whitworth kepada Insider. "Ini yang membuat kita curiga, mungkin penyakit ini ditularkan secara seksual. Kita perlu cari tahu. Karena jika demikian, ini hal baru yang belum kita lihat sebelumnya."

Menurut informasi yang dipublikasikan WHO, kasus-kasus utama namun tidak eksklusif telah diidentifikasi pada pria yang berhubungan seksual dengan pria (men have sex with men/MSM) yang berkunjung ke layanan kesehatan umum dan klinik kesehatan seksual.

Sementara penyelidikan sedang berjalan, "kasus-kasus yang dilaporkan tidak memiliki kaitan dengan wilayah endemi," WHO melaporkan. Kontak seksual dieksplorasi sebagai faktor penyebar virus dalam kasus-kasus ini," kata Heymann kepada Reuters.

Para pejabat WHO berharap dapat melihat kasus-kasus tambahan yang dilaporkan.

"Situasi sedang berkembang dan WHO berharap akan ada kasus cacar monyet lagi yang teridentifikasi, sebagai perluasan pengawasan di negara-negara non-endemi," kata WHO dalam sebuah pernyataan, Sabtu.

Heymann memimpin pertemuan internasional virtual pada Jumat bersama para ahli untuk melakukan asessmen risiko dari wabah penyakit cacar monyet dan tindakan apa yang harus diambil WHO.

Dalam pernyataan itu, WHO juga mengatakan telah menyusun rencana terkini.

"Tindakan segera difokuskan pada pemberian informasi kepada mereka yang paling berisiko terinfeksi cacar monyet dengan informasi akurat untuk menghentikan penyebaran lebih luas," kata WHO. "Bukti yang ada saat ini menyiratkan bahwa mereka yang paling berisiko adalah mereka yang pernah melakukan kontak erat secara fisik dengan orang dengan cacar monyet di saat mereka bergejala."

Pada Jumat, WHO memperingatkan masyarakat bahwa siapapun, tanpa memandang orientasi seksual, dapat tertular cacar monyet dari "kontak erat". WHO juga memperingatkan mereka yang berpikir bahwa penyakit ini hanya tersebar di kalangan pria gay atau biseksual.

"Orang yang berinteraksi erat dengan orang yang terinfeksi sangat berisiko tertular: termasuk pekerja kesehatan, anggota keluarga, dan pasangan seksual," kata WHO.

"Stigmatisasi terhadap kelompok-kelompok masyarakat tertentu dikarenakan penyakit ini tidak akan pernah diterima. Hal ini bisa menjadi penghalang bagi upaya mengakhiri wabah karena orang menjadi enggan mendatangi layanan kesehatan. Akibatnya, penyebaran tidak akan terdeteksi."

Pejabat WHO memberikan panduan bagi penyedia layanan kesehatan terdepan dan lainnya untuk menghindari risiko tertular cacar monyet di kemudian hari.

Hingga Sabtu, WHO melaporkan satu hingga lima kasus terkonfirmasi di Amerika Serikat, dengan kasus paling banyak, 21 hingga 30 kasus, di Portugal, Spanyol, dan Inggris.

Baca Juga: