JAKARTA - Perkembangan teknologi informasi dan munculnya platform digital seperti media sosial dan Over The Top (OTT) telah mengubah pola konsumsi musik dan media di Indonesia.
Generasi baru yang lebih akrab dengan teknologi ini mulai meninggalkan media konvensional seperti radio, yang sebelumnya menjadi sumber utama hiburan dan informasi.
Ketua Panitia 'A Tribute to Mas Yos', Elshinta Suyoso, mengawali Diskusi Kelompok Terpumpun atau Focus Group Discussion pada Rabu (21/8), dengan menuturkan bahwa industri musik rekaman dan radio di Indonesia telah melalui perjalanan panjang yang dipenuhi dengan inovasi, tantangan, dan disrupsi teknologi".
Selain mengenang tokoh musik dan radio Mas Yos, FGD ini diadakan untuk membahas perubahan mendasar dalam tata kelola manajemen industri musik rekaman dan radio. Serta bagaimana perubahan ini telah membentuk lanskap industri hiburan di Indonesia dari masa ke masa.
"Peran Mas Yos dalam membangun dan mengembangkan industri ini merupakan fondasi bagi banyak perkembangan yang terjadi dalam industri musik, rekaman dan radio di Indonesia," ujar Elshinta, puteri The Singing Commodore.
Industri musik, yang dahulu didominasi oleh rekaman fisik seperti piringan hitam, kaset, dan CD, kini beralih ke format digital dan streaming. Hal ini mengubah model bisnis industri musik rekaman secara keseluruhan, termasuk bagaimana artis, label rekaman, dan distributor musik beradaptasi dengan perubahan ini.
Terjadi disrupsi media berupa inovasi dan perubahaan yang sangat substansial dengan kehadiran teknologi digital. Begitu pula dengan radio, yang mengalami disrupsi media akibat perubahan pola konsumsi publik dan ekosistem pendukungnya.
Sejarah industri musik di Indonesia tidak dapat dipisahkan dari peran penting Irama Records, yang didirikan pada tahun 1951.
Irama Records menjadi pelopor dalam industri rekaman piringan hitam moderen dari shellac ke vinyl yang mewarnai dunia musik Indonesia. Studio rekaman ini tidak hanya menjadi tempat berkumpulnya penyanyi dan musisi berbakat, tetapi juga sangat signifikan memainkan penyebaran musik lokal ke seluruh penjuru nusantara, bahkan mancanegara.
Direktur Manajemen Industri Kemenparekraf, Syaifullah beranggapan bahwa masa depan industri musik dan radio di Indonesia akan sangat dipengaruhi oleh bagaimana para pelaku industri ini beradaptasi dengan disrupsi teknologi. Tantangan terbesar adalah bagaimana mempertahankan relevansi di tengah perubahan pola konsumsi dan persaingan dengan platform digital yang semakin dominan.
"Radio, misalnya, harus menemukan cara untuk tetap relevan di era di mana informasi dan hiburan dapat diakses kapan saja dan di mana saja. Sementara itu, industri musik perlu terus berinovasi dalam hal tata kelola mencakup distribusi, promosi, dan manajemen artis untuk tetap bertahan dan berkembang di era digital," ucap Syaifullah.
Dalam kegiatan tersebut, Penyiar Legendaris Elshinta, Tuning Sukobagyo, menceritakan bagaimana dirinya pertama kali berjumpa dengan Mas Yos.
"Pertemuan pertama dengan seseorang sering kali meninggalkan kesan yang mendalam. Begitu pula ketika saya pertama kali bertemu dengan Mas Yos. Dari sosoknya terpancar kehangatan dan keramahan yang membuat siapapun merasa nyaman dan betah," tutur Tuning.
Tidak hanya itu, lanjut Tuning, sifat ramah Mas Yos juga terlihat dari caranya bergaul dan membuka diri pada siapa saja. Keberadaan Mas Yos tidak hanya sebagai teman, tetapi juga sebagai sosok yang mampu mencairkan kebekuan dan membuat setiap pertemuan menjadi momen yang berharga.
Pengamat Musik Stanley Tulung menambahkan Mas Yos memainkan peran kunci dalam menemukan dan mengembangkan bakat seni sejumlah musisi dan penyanyi legendaris berbagai genre musik di Indonesia. Seperti sebuah impresario yang lengkap dengan elemen-elemen pendukung yang diperlukan di sekitarnya.
Tidak hanya itu, Mas Yos juga dikenal sebagai pendiri Radio Elshinta pada jalur AM dan Radio Suara Irama Indah pada jalur FM Stereo. Dua stasiun radio swasta pertama yang berhasil menjadi bagian penting yang dekat dengan kehidupan sehari-hari masyarakat, khususnya dalam penyebaran musik dan informasi di Indonesia." ujar Stanely.
Mengakhiri FGD, Elshinta berharap pembahasan saat ini tidak hanya mencakup sejarah, tetapi bagaimana disrupsi teknologi memengaruhi keberlanjutan industri musik ini di era digital. Tujuannya adalah untuk menggali lebih dalam tentang proses perjuangan, tantangan, hingga masa depan industri ini di Indonesia.