Bagi sebuah negara kekuatan militer adalah hal yang penting yang membuat negara tersebut tak dianggap enteng oleh negara lain. Dengan angkatan perang yang kuat, negara tersebut bisa menepuk dada. Bahkan, bisa balik menggertak kala kedaulatannya di ancam negara lain.

Begitu juga dengan Indonesia. Kuatnya TNI menjadi salah satu kunci dalam menjaga kedaulatan negara. Modernisasi dan pengembangan alat utama sistem pertahanan atau Alutsista menjadi hal yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Mutlak mesti dilakukan.

Bahkan, Indonesia harus mandiri dari sisi Alutsista agar tidak tergantung kepada negara lain. Untuk mewujudkan itu, Indonesia punya PT Pindad, PT PAL, dan PT Dirgantara Indonesia. Tidak hanya itu, di setiap matra, baik darat, laut, dan udara, punya dinas penelitian dan pengembangannya masing-masing.

Salah satunya adalah Dinas Penelitian dan Pengembangan TNI AL (Dislitbangal) sebuah lembaga penelitian dan pengembangan yang dimiliki TNI AL. Menurut Kepala Dislitbangal, Laksma TNI Kasih Prihantono, Dislitbangal bertugas mengembangkan atau melakukan penelitian peralatan keangkatan lautan berupa persenjataan, material pendukung dan bidang menajemen serta melakukan presentasi peralatan yang akan digunakan TNI AL.

Merunut jejak sejarahnya, dalam perkembangan Dislitbangal mengalami banyak perubahan nama sejak 1961. Pertama kali didirikan lembaga penelitian ini diberi nama LP2AL atauLembaga Penyelidikan dan Pengembangan AL berdasarkanSurat Keputusan Menteri/Panglima Angkatan Laut nomer : Kep/KSAL 3900.1 tanggal 6 Maret 1961. Kemudian berubah menjadi Ditlitbangal (Direktorat Litbang Angkatan Laut) berdasarkan Skep Menteri/Pangal nomer : 5401.29 tanggal 9 Mei 1966.

Dengan perkembangan teknologi dan semakin jelas peran serta lembaga penelitian maka dibentuklah Dislitbangal atau Dinas Penelitian dan Pengembangan TNI AL berdasarkan Skep Kasal nomer : 484/III/1975 tanggal 24 Maret 1975. Maka tanggal 24 Maret 1975 ditetapkan sebagai hari jadi Dislitbangal.

Bicara karya yang sudah dihasilkan Dislitbangal, menurut Prihantono, sudah banyak yang dihasilkan, atara lain sea raider, combat boat, sepatu tank PT 76, senjata serbu bawah air, sono bouy, dan masih banyak lagi. Dislitbangal bekerja sama dengan Universitas Gadjah Mada (UGM) berhasil membuat bahan peluncur roket (propelan) berbahan aspal dari Pulau Buton.

Dislitbangal, tambah dia, berhasil membuat sejumlah suku cadang suspensi tank dan panser. Suku cadang ini digunakan untuk tank-tank jenis PT-76 atau BTR 50 P buatan Rusia. Tidak hanya itu, Dislitbangal juga berhasil membangun dua jenis kapal patroli yakniCombat Boat berkapasitas 16-20 personel dan jenis sea rider berkapasitas 5-12 personel.

Lebih Murah

Salah satu keunggulannya, dari sisi harga lebih murah jika dibandingkan dengan kapal sejenis buatan luar negeri. Lebih murah 50 persen. Dari sisi kecanggihannya pun tak kalah oleh kapal produksi dari negara Swedia misalnya. Dislitbangal sudah bisa merancang Rantis Amfibi. Kendaraan militer ini merupakan hasil inovasi Dislitbangal bekerja sama dengan PT Fiber Boat Indonesia.

Di dunia, hanya Amerika dan Inggris yang punya kendaraan seperti ini. Jadi, Indonesia adalah negara pertama di Asia yang menggunakan kendaraan amfibi tersebut. Keunggulan Rantis Amfibi,bisa beroperasi di darat dan air, dengan sama cepatnya.

Pengamat pertahanan dari Universitas Indonesia, Stanislaus Riyanta, mengatakan fungsi Litbang, tidak hanya di TNI, tapi di semua organisasi mempunyai fungsi strategis karena menghasilkan output untuk pengembangan bahkan perubahan organsasi. Litbang ini sangat penting bagi TNI mengingat tugas pokok TNI dalam bidang pertahanan negara akan menghadapi berbagai ancaman yang sangat dinamis dengan kompleksitas tinggi. Tanpa adanya perubahan dan pengembangan maka TNI bisa tertinggal.

"Dari perspektif ancaman maka Litbang di masing-masing matra harus melakukan analisis berbagai ancaman yang pernah, sedang, dan akan terjadi serta melakukan analisis berbagai kerawanan yang bisa menjadi pintu masuk ancaman," katanya.

Ia mencontohkan, misalnya kapabilitas pihak yang berpotensi atau sedang menjadi musuh, termasuk persenjataannya, strategi yang digunakan harus dipelajari dan diteliti. Sehingga TNI bisa menyiapkan startegi untuk menghadapinya.

Jika dihadapkan pada isu kemandirian Alutsista maka sangat tepat jika fungsi Litbang pada masing-masing matra TNIdiberi tugas untuk mengembangkan dan mengasilkan desain dan prototype Alutsista andal dan modern yang bisa diproduksi oleh industri alutsista dalam negeri."Fungsi Litbang ini sekaligus untuk mengurangi ketergantungan Alutsista yang diperoleh dari luar atau impor," ujarnya. ags/N-3

Baca Juga: