Bayangkan Anda memiliki harta kekayaan melimpah sehingga Anda bisa membeli sejumlah pakaian atau fashion item dari brand ternama dengan logo yang terpampang jelas. Hal ini tentu bisa membuat orang-orang disekeliling Anda tahu bahwa Anda amat kaya.

Tapi, Anda justru enggan mengenakan pakaian yang dapat memamerkan kekayaan dan memilih pakaian tanpa embel-embel logo merek meski harganya sama saja atau bahkan lebih mahal. Kalau iya, itu berarti Anda adalah pecinta "quiet luxury".

Quiet luxury telah menjadi tren yang kian populer di kalangan konsumen yang mencari pengalaman yang lebih elegan dan menyeluruh dalam gaya hidup mereka. Konsep quiet luxury menekankan pada nilai-nilai seperti kualitas, kenyamanan, dan kesederhanaan, dan menawarkan alternatif yang lebih tenang daripada kemewahan yang mencolok.

Kaum pecinta quiet luxury umumnya bersedia membayar harga yang lebih mahal untuk mengenakan pakaian buatan tangan yang indah, yang menampilkan keunggulan bahan, alih-alih mengenakan pakaian dengan logo merek untuk mendapatkan pengakuan orang lain atas status sosial mereka.

Mark Zuckerberg misalnya. Pendiri Facebook itu merupakan salah satu pecinta quiet luxury. Siapa yang tak tahu tren berpakaian Zuckerberg yang kerap dikritik karena hanya mengenakan kaos dan celana denim kasual.

Dalam urusan fashion, miliarder itu kerap dikritik karena mengenakan pakaian yang tidak mencerminkan kekayaannya. tetapi yang tidak diketahui banyak orang adalah bahwa banyak kaosnya dibuat khusus oleh Brunello Cuccinelli dan dijual seharga sekitar US$400 atau sekitar Rp6 juta rupiah hanya untuk sebuah kaos polos.

Logo sebuah brand ternama seperti Gucci, Chanel, Louis Vuitton memang dapat berbicara banyak hingga menaikan status sosial penggunanya. Namun, sebagian besar populasi memilih untuk tidak dicap dengan barang-barang mewah yang mencolok.

Contoh merek quiet luxury yang mungkin tidak banyak Anda dengar adalah Loro Piana, Brunello Cuccinelli, Valextra, Delvaux, Kiton, Brioni dan Delvaux. Brand-brand ini tidak memamerkan koleksi mereka di pekan mode di seluruh dunia, juga tidak berinvestasi dalam kampanye pemasaran besar.

Merek-merek quiet luxury menawarkan produk dengan logo yang halus atau bahkan tanpa logo sama sekali. Pasalnya, quiet luxury memang tidak berfokus pada penyampaian status atau kelas sosial; sebaliknya, brand-brand ini berfokus pada warisan, kualitas, dan keahlian.

Meski tak pernah Anda dengar, rumah mewah Belgia, Delvaux yang merupakan adalah perusahaan barang kulit mewah tertua merupakan brand yang dikenakan oleh Putri Kerajaan Maxima dari Belanda dan Claire dari Luksemburg, serta selebritas seperti Angelina Jolie, Sarah Jessica Parker, Katie Holmes dan Rihanna.

Juga brand asal Amerika Serikat, The Row yang juga dikenal sebagai brand quiet luxury. Alih-alih menggunakan media sosial untuk menjual produk dengan gamblang, The Row hanya sedikit menampilkan produk dan lebih banyak menampilkan foto-foto artistik. Menurut Cosmopolitan, hal ini justru menciptakan kesan kalau brand mereka misterius dan eksklusif dengan cara yang chic.

Hanya mereka yang memiliki mata terlatih, atau yang termasuk dalam lingkaran kaya raya, yang akan mengenali produk-produk yang termasuk dalam kategori quiet luxury.

Meski begitu, bukan berarti pengguna Gucci, Balenciaga, maupun Louis Vuitton membutuhkan pembuktian secara sosial dan pengguna quiet luxury adalah orang kaya sesungguhnya. semuanya tentu kembali ke preferensi gaya setiap orang yang berbeda-beda.

Baca Juga: