Indonesia memiliki dua wakil pada kompetisi Best Tourism Villages yang digagas oleh organisasi di bawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa, World Tourism Organization (UNWTO), yaitu Desa Tete Batu di Kecamatan Sikut, Kabupaten Lombok Timur, dan Desa Nglanggeran, Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunungkidul. Pengumuman pemenang sendiri akan dibacakan pada Oktober 2021 dalam sidang UNWTO di Marrakech, Maroko.
Nglanggeran awalnya merupakan desa wisata dengan daya tarik gunung api purba yaitu Gunung Nglanggeran. Gunung ini umurnya cukup tua karena menurut penelitian terbentuk sekitar 60-70 juta tahun yang lalu.
Gunung Nglanggeran memiliki batuan yang sangat khas karena didominasi oleh aglomerat dan breksi gunung api. Aglomerat merupakan batuan piroklastik yang hampir sama dengan batuan konglomerat, akan tetapi memiliki komposisi yang berbeda. Sedangkan batuan breksi adalah batuan sedimen yang terbentuk langsung dari pengendapan batuan beku akibat aktivitas magma.
Tinggi puncak Gunung Nglanggeran hanya sekitar 700 mdpl. Uniknya gunung ini dulunya berada di bawah laut. Karena tumbukan lempeng Australia terhadap Euroasia, membuat gunung api ini terangkat dari dasar samudra.
Gunung Nglanggeran dulunya kurang banyak dikenal. Tempat ini jadi populer setelah musisi Didi Kempot menciptakan lagu berjudul Banyu Langit yang ada dalam album Kasmaran (2016). Liriknya menggambarkan keindahan dan sejuknya udara gunung api tua ini.
Setelah banyaknya wisatawan yang berkunjung, membuat para pemuda desa melalui Karang Taruna Bukit Putra Mandiri melakukan pembenahan. Mereka menata kawasan ekowisata itu dengan membuat jalur trekking, fasilitas mandi, cuci, kakus (MCK), serta gazebo.
Selanjutnya pemerintah Desa Nglanggeran juga memberi kepercayaan kepada karang taruna untuk mengelola lahan seluas 48 hektare.
Bukan hanya mengelola wisatawan yang datang, mereka melakukan penghijauan dengan menanam aneka pohon. Seperti yang bisa dilihat saat ini Desa Nglanggeran menjadi asri, yang semakin menarik wisatawan untuk datang. Apalagi pengelola tidak hanya menawarkan panorama gunung, namun beragam aktivitas khas desa disajikan bagi wisatawan seperti "Live In" khususnya bagi anak sekolah.

Embung dan Kampung Pitu
Meski tidak tinggi tapi untuk mencapai puncak cukup menantang. Selain medannya yang cukup terjal didominasi dengan batuan raksasa, pendaki juga harus melewati celah-celah batuan yang sempit.
Salah satu celah yang harus dilewati adalah "lorong sumpitan". Bagi mereka yang memiliki fobia ruang sempit (claustrophobia) melewati jalur ini bukan perkara mudah atau butuh tekad kuat untuk melawan ketakutan itu karena lebarnya hanya seukuran bahu orang normal.
Bahkan pada titik tertentu ukuran orang normal perlu memiringkan badan agar bisa menerobos. bagi mereka yang agak besar tentu saja akan mengalami kesulitan untuk mencapai lorong sumpitan.
Setelah lorong dilewati pendaki harus melewati lagi beberapa anak tangga sebelum kemudian melewati jalan batu dengan campuran tanah merah. Namun sampai di puncak yang disebut "Gunung Gedhe", akan terlihat pemandangan indah di sekelilingnya.
Arah timur laut dari puncak bisa dilihat Rawa Jombor di Kabupaten Klaten. Sementara di sisi barat terlihat Kota Yogyakarta. Sedangkan pada arah timur akan terlihat Embung Nglanggeran yang berada di Bukit Gandu.
Dengan luas 0,34 hektare, ebung itu diresmikan pada 19 Februari 2013 oleh Sri Sultan Hamengkubuwono X. Tujuannya pembangunan untuk menampung air hujan untuk pengairan perkebunan petani pada saat musim kemarau.
Kini bukan hanya pengairan Embung Nglanggeran telah menjadi tujuan wisata wajib setelah gunung api purba. Tempat ini cocok untuk foto-foto. Berada di ketinggian 495 mdpl saat menjelang sore embun ini menjadi tempat favorit bagi pemburu senja.
Ada lagi yang unik di Nglanggeran yaitu Kampung Pitu (Kampung Tujuh), berlokasi di sebelah timur desa. "Kampung ini hanya boleh ditempati 7 keluarga saja tidak boleh lebih," ucap anggota Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Nglanggeran, Sugeng Handoko.
Konon, jika pantangan itu dilanggar maka akan terjadi musibah di dalam 1 keluarga mulai dari sakit-sakitan hingga meninggal dunia.
Untuk tiket masuk kawasan Gunung Api Purba harganya dipatok sebesar 15.000 rupiah per orang. Sedangkan tiket masuk Embung Nglanggeran dipatok lebih murah yaitu sebesar 10.000 rupiah per orang.
Berjarak 25 kilometer dari Kota Yogyakarta, di Nglanggeran telah tersedia penginapan yang bisa disewa. Setidaknya ada lebih dari 100 homestay yang siap menyambut pengunjung di desa tersebut. hay/I-1

Baca Juga: