Kementerian Kesehatan (Kemenkes) pada Selasa (21/2) melaporkan penambahan kasus Covid-19 subvarian XBB.1.5 atau yang disebut sebagai varian "kraken" di Indonesia menjadi 6 kasus.

Melansir jurnal BMJ, XBB.1.5 adalah subvarian omicron lainnya, seperti XBB dan XBB.1. Tanda 'X' sendiri menandakan bahwa subvarian ini muncul melalui kombinasi ulang dua atau lebih sublineage, yang dalam hal ini BA.2.10.1 dan BA.2.75.2. Sedangkan nama kraken sendiri merupakan julukan yang diberikan para ilmuwan untuk membedakannya dari subvarian lain yang telah muncul selama tiga tahun sejak wabah Covid-19 berubah menjadi pandemi global.

Juru Bicara Kemenkes, Mohammad Syahril sendiri menjelaskan dari total 6 pasien terkonfirmasi varian kraken tersebut, dua pasien di antaranya satu berasal dari Pelaku Perjalanan Luar Negeri (PPLN) negara Polandia. Sementara seorang lainnya terdeteksi terinfeksi varian tersebut usai pulang umroh. Adapun 4 pasien lainnya terdiri dari satu pasien perempuan berusia 46 tahun, yang sudah melakukan vaksinasi booster dan kini telah dinyatakan sembuh.

Pasien kedua juga perempuan berusia 22 tahun, yang status vaksinasinya sudah melakukan booster lebih dari 6 bulan. Adapun gejalanya ringan tanpa komorbid, dan juga telah dinyatakan sembuh usai menjalani isolasi mandiri (isoman). Sementara pasien ketiga dan keempat merupakan laki-laki berusia 47 tahun dan perempuan berusia 37 tahun, yang kini keduanya tengah menjalani proses penyelidikan epidemiologi.

''Sejak Desember 2022 kita ada satu pasien, Januari tambah 5 pasien jadi total saat ini ada 6 pasien. Gejala pada pasien ini 4 di antaranya tidak bergejala dan dua pasien dengan gejala ringan,'' ujar Syahril pada Konferensi Pers, Senin (20/2) di Jakarta.

Menurut direktur Institut Genetika UCL, Francois Balloux, yang juga merupakan seorang profesor biologi sistem komputasi, XBB.1.5 atau varian kraken berbeda dari XBB.1 melalui penambahan mutasi F486P pada protein lonjakan. Mutasi ini membuat varian kraken tidak jauh kebal daripada leluhur XBB.1. Meski begitu, Balloux menjelaskan varian ini lebih menular dari pendahulunya.

Selain di Indonesia, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan bahwa XBB.1.5 hadir di 38 negara. Varian kraken sendiri dilaporkan Badan Keamanan Kesehatan Inggris (UKHSA) sebagai salah satu dari dua varian yang paling mungkin menjadi dominan di Inggris, meskipun mewakili kurang dari 5 persen dari semua sampel SARS-CoV-2 yang diurutkan pada minggu terakhir tahun 2022. Menurut UKSHA, varian XBB.1.5 memiliki kombinasi "properti pelepasan kekebalan" dan afinitas pengikatan ACE-2 yang lebih tinggi, yang dikatakan dapat menyebabkan penularan yang lebih tinggi.

Sementara itu, Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa (ECDC) mengatakan ada kemungkinan bahwa XBB.1.5 akan menjadi varian dominan di seluruh Uni Eropa dan Wilayah Ekonomi Eropa (EEA) dan menyebabkan peningkatan substansial dalam jumlah kasus Covid-19 dalam satu sampai dua bulan ke depan. Di Amerika Serikat (AS), Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) mengatakan varian XBB.1.5 dapat menyebar dengan cepat dan diperkirakan mencapai sekitar 28 persen kasus Covid-19, di negara tersebut per 7 Januari 2023.

Namun terkait tingkat keparahannya, XBB.1.5 disebut WHO tidak membawa mutasi apa pun yang diketahui terkait dengan potensi perubahan tingkat keparahan suatu varian Covid-19. Senada, ECDC mengatakan bahwa tidak ada indikasi bahwa XBB.1.5 akan lebih parah daripada sublineage omicron lainnya yang telah beredar. Juga masih belum cukup bukti yang menunjukkan bahwa tingkat kesakitan dan kematian akibat varian kraken itu lebih parah dari sub varian sebelumnya.

Meski XBB.1.5 menyebar di Indonesia, Syahril menuturkan sampai saat ini perkembangan Covid-19 di Indonesia masih terkendali. Kendati demikian, masyarakat tetap diimbau untuk segera melengkapi diri dengan vaksinasi lengkap hingga booster, termasuk booster ke-2 untuk meningkatkan titer antibodi dan memperpanjang masa perlindungan.

''Kita tetap mengimbau kepada seluruh masyarakat untuk berhati-hati dan waspada karena Covid-19 dengan varian baru masih tetap ada dan salah satu pencegahan kita yaitu melalui protokol kesehatan, vaksinasi lengkap dan booster,'' ucapnya.

Baca Juga: