Pesawat ruang angkasa unik bernama Dragonfly dijadwalkan mengunjungi Titan, sebuah bulan terbesar Saturnus untuk mempelajari awal kehidupan di sana. Direncanakan untuk diluncurkan pada tahun 2027 dan tiba di pada tahun 2034, Dragonfly adalah pesawat rotor atau rotorcraft, yang ditugaskan untuk menjelajahi berbagai lingkungan di permukaan Titan selama misi dasar berdurasi 2,7 tahun. Dragonfly menandai pertama kalinya NASA akan menerbangkan kendaraan multi-rotor untuk sains di planet lain.

Melansir laman resmi NASA, Dragonfly akan mencirikan kelayakhunian lingkungan Titan dan menyelidiki perkembangan "kimia prebiotik" atau "prebiotic chemistry", yang disebut NASA mengarah pada pembentukan kehidupan. Untuk mencapai hal ini, robot rotorcraft Dragonfly akan memanfaatkan gravitasi rendah dan atmosfer padat Titan untuk terbang di antara berbagai titik penelitian di permukaan Titan, yang terpisah sejauh beberapa mil. Hal ini memungkinkan Dragonfly untuk memindahkan seluruh rangkaian instrumennya ke situs baru ketika situs sebelumnya telah selesai dieksplorasi. Tak hanya itu, Dragonfly juga akan menyediakan akses ke sampel di lingkungan dengan beragam sejarah geologis.

"Dragonfly akan secara signifikan meningkatkan pemahaman kita tentang dunia kaya organik ini dan membantu menjawab pertanyaan kunci astrobiologi dalam pencarian kita untuk memahami proses yang mendukung perkembangan kehidupan di Bumi," kata Lori Glaze, Direktur Divisi Ilmu Planet di Markas Besar NASA di Washington, AS.

Di setiap lokasi penelitian, Drill for Acquisition of Complex Organics (DrACO) yang merupakan salah satu instrumen Dragonfly akan mengebor permukaan Titan untuk mengeluarkan atau mengambil sampel, yang berukuran kurang dari satu gram. Sampel ini nantinya akan dibawa ke dalam "loteng", yang menampung instrumen Dragonfly Mass Spectrometer (DraMS). DraMS sendiri merupakan spektrometer massa yang bertugas menganalisis berbagai komponen kimia sampel dengan memisahkan komponen-komponen ini menjadi molekul dasarnya dan meneruskannya melalui sensor untuk identifikasi.

"DraMS dirancang untuk melihat molekul organik yang mungkin ada di Titan, pada komposisi dan distribusinya di lingkungan permukaan yang berbeda," kata Melissa Trainer, seorang ilmuwan planet dan ahli astrobiologi yang berspesialisasi dalam Titan, sekaligus salah satu wakil peneliti utama untuk misi Dragonfly.

Dalam misi ini, spektrometer massa menentukan apa yang ada dalam sampel dengan mengionisasi bahan, yaitu membombardirnya dengan energi sehingga atom di dalamnya menjadi bermuatan positif atau negatif, dan memeriksa komposisi kimia dari berbagai senyawa. DraMS sendiri dikembangkan oleh tim yang sama di Goddard yang mengembangkan rangkaian instrumen Sample Analysis at Mars (SAM) di atas pesawat ruang angkasa Curiosity.

DraMS dirancang untuk mensurvei sampel material permukaan Titan secara langsung dengan menggunakan teknik yang diuji di Mars dengan perangkat SAM. Dengan kata lain, DraMS tidak akan mengulangi kesalahan yang terjadi pada SAM. Adapun, DraMS dan instrumen sains lainnya di Dragonfly sedang dirancang dan dibangun di bawah arahan Laboratorium Fisika Terapan Johns Hopkins di Laurel, Maryland, yang mengelola misi NASA dan merancang serta membangun pendarat rotorcraft.

"Desain ini memberi kami instrumen yang sangat fleksibel, yang dapat beradaptasi dengan jenis sampel permukaan yang berbeda," ujar Trainer.

Baca Juga: