Tahapan terpenting dari perkembangan manusia adalah fase pertumbuhan di periode anak-anak. Saat inilah, penanam berbagai nilai, norma, kepercayaan, dan cita-cita masa depan akan lekat dan menjadi motivasi untuk meraih kemajuan.

Transformasi berbagai nilai dan norma dilakukan orang tua melalui beragam saluran, pendidikan formal, lingkungan keluarga, organisasi sesuai usia, film, musik, dan yang tak kalah penting lewat buku bacaan.

Buku bacaan yang diberikan ke anak-anak tentunya sesuai usia, menarik dari sisi penampilan, isi, dan ceritanya. Bacaan anak-anak sejak kecil menjadi dasar bagi mereka melahap bacaan lain, apalagi jika kebiasaan membaca sudah tumbuh dan berkembang, tentu ini yang kita harapkan. Kekhawatiran akan dominasi gadget dan permainan yang didukung gawai canggih akan terimbangi dengan bacaan bermutu bagi anak-anak.

Dalam konteks itulah, perlu pengenalan terkait sastra anak, yakni bacaan bernilai dan penuh 'pelajaran hidup' yang bisa dipetik, baik ketika masih anak-anak maupun ketika beranjak remaja dan dewasa.

Dr. Murti Bunanta, pakar sastra anak alumni Universitas Indonesia yang meneliti sastra anak dan terus mengabdikan diri pada perkembangan dan kemajuan sastra anak ini, telah menulis banyak buku sastra anak, lebih 210 esai dan artikel mengenai sastra anak.

Bukan hanya itu, Murti juga mendirikan dan aktif hingga saat ini di Kelompok Pencinta Bacaan Anak (KPBA) sekaligus pengurus di International Board on Book for Young People (INNABY ). Sejumlah penghargaan bergengsi diraih Murti dari dalam dan luar negeri.

Konsistensinya pada sastra anak tidak berhenti di situ, Murti dengan komunitasnya, KPBA ibarat dua sisi mata uang yang kerap menggelar berbagai forum membahas soal sastra anak ini. Terakhir, beberapa waktu lalu, pihaknya menyelenggarakan seminar sastra anak dengan tema "Apa Kata Perempuan Peneliti Sastra Anak" di Perpustakaan Nasional Jakarta.

Dalam seminar ini tampil 9 pembicara perempuan dari berbagai profesi dan universitas di Indonesia. yaitu Dr Murti Bunanta (Universitas Islam Negeri, Jakarta); Dr Surya Sili (Universitas Mulawarman, Samarinda); Dr Yulianeta (Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung); Dr Dina Dyah (Universitas Jember); Dr Tati D. Wardi PhD (Universitas Islam Negeri, Jakarta); Susanti Agustina, M.I.Kom, CH,CHt biblioterapis (Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung); Emilia Nazir BEd (EC), Med (EC) (Sekjen INABBY, Jakarta); Larasati (Ketua KPBA-Jogyakarta); dan Wulandini ST, MSi (KPBA-Jakarta).

Murti Bunanta yang juga Ketua KPBA dan INNABY menyajikan makalah dengan judul "Buku Bacaan Anak Pilihan : Dilihat dari Isi, Penyajian, Ilustrasi, dan Penggunaan sera Kegunaan" . Murti mengajak hadirin mendiskusikan bagaimana sebaiknya buku anak ditulis, "dikemas" yaitu bagaimana ilustrasi, tipografi, cetakan, dan layout-nya dapat menjadi nilai tambah sebuah buku. Sedangkan arti "diperlakukan" yaitu apakah buku diterbitkan hanya sebagai barang dagangan atau sebagai sebuah cipta sastra dan seni.

"Dari buku-buku yang saya teliti dan melihat kecenderungan yang ada pada tahun belakangan ini, dapat saya simpulkan bahwa banyak orang merasa bangga menjadi penulis buku anak. Karena itu, penulis perlu banyak bertukar pikiran, membaca buku anak serta membuka wawasan. Kita sebetulnya tidak kekurangan penulis berbakat. Mereka yang justru belum tenar, malahan mempunyai bakat yang bagus," papar Murti dalam bagian saran dan kesimpulan makalahnya.

Selama dua hari seminar tersebut Koran Jakarta menyaksikan betapa antusiasme peserta mengikuti paparan penelitian dari sembilan peneliti. Diskusi pun berlangsung sangat intens.Gairah untuk meningkatkan sastra anak sangat tinggi.

Misalnya Sekretaris Departemen Pendidikan Bahasa dan Sastra Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, Yulianeta sangat menarik mengulas makalah "Representasi Kesetaraan Gender dalam Sastra Anak Indonesia : Telaah atas Senggutru dan Putri Kemang karya Murti Bunanta".

Ada pula Tati D. Wardi dari UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta yang memaparkan hubungan antara kata dan gambar dalam buku berilustrasi. Menurut Tati, adanya buku berilustrasi menunjukkan fakta bahwa selain teks verbal, gambar yang memiliki alur, punya peran penting dalam penyampaian teks verbal atau kata dan gambar.

Yang sangat menarik juga pemaparan Emilia Nazir dan Larasati. Mereka berdua menampilkan (dalam bentuk film pendek) proyek mereka yaitu mendongeng cerita rakyat berjudul "Ratu Lemut" di Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta.

Bagaimana Larasati mendongengkan cerita kepada anak-anak, lalu bagaimana anak-anak diajak untuk menampilkan kembali cerita tersebut dalam bentuk drama dihadapan warga dusun. Dari video yang ditampilkan kita bisa menyaksikan betapa minat dan bakat anak-anak dapat dikembangkan dan keterlibatan masyarakat sekitar juga sangat tinggi meski awalnya sangat sulit. Begitu juga paparan dari peneliti yang lain, sangat menginspirasi kita semua. sur/R-1

Perlu Peningkatan Kualitas

Pada bagian ini, Koran Jakarta mewawancarai Murti Bunanta tentang banyak hal. Mengenai tujuan seminar sastra anak ini, Murti mengatakan, salah satu tujuannya adalah untuk menunjukkan ke publik bahwa Ilmu sastra anak sekarang diminati, tidak seperti dulu ketika Murti mulai meneliti dan kini sudah mulai banyak penelitinya.

"Jadi kami ingin menunjukkan bahwa peneliti sastra anak sudah mulai eksis dan penelitian sastra anak itu penting bagi kemajuan kualitas buku anak," katanya.

Lebih lanjut mengenai perkembangan sastra anak, Murti menjelaskan, dilihat dari jumlah penulis, ilustrator dan jumlah penerbitan, ada banyak kemajuan karena sekarang orang beranggapan menjadi penulis dan ilustrator buku anak adalah profesi atau aktivitas bergengsi. Penerbitpun tidak berkiblat lagi dengan memproduksi buku terjemahan saja, melainkan juga menerbitkan buku lokal yang ditawarkan ke luar negeri melalui pameran buku.

Tetapi perlu diingat dan diperhatikan, lanjut Murti, bahwa kualitas buku anak masih harus ditingkatkan supaya tidak saja kuantitas bertambah tetapi juga kualitas. Karena itu para pelaku perbukuan perlu sering bertemu dan berdiskusi serta menambah ilmu seperti baru-baru ini KPBA menyelenggarakan Seminar Nasional Sastra Anak.

Ini adalah acara yang baru pertama kali diadakan di mana para peneliti, penerbit, editor, penulis, ilustrator, pustakawan, guru, calon penulis, dosen, mahasiswa, dll berkumpul dan bertemu.

Terakhir, Murti menjelaskan dampak positif dari sastra berkualitas adalah anak dari dini akan terbiasa dengan cipta sastra dan belajar mengapresiasi sastra ,dia akan belajar kekayaan suatu bahasa, mempunyai wawasan pengetahuan yang baik, mempunyai kepekaan jiwa, menghormati orang lain yang berbeda dari dirinya, toleran, percaya diri, mau bekerja sama, tidak bias gender, tidak menonjolkan superioritas, bisa bersosialisasi dan kreatif serta tidak mementingkan diri. sur/R-1

Baca Juga: