Kabupaten Batang, Jawa Tengah, sering kurang dianggap sebagai destinasi wisata. Apalagi kalau dibandingkan Yogyakarta, jelas Batang jauh darinya. Meski begitu, seperti banyak dilakukan daerah, kesadaran potensi wisata mulai terjadi juga di Batang. Pemerintah setempat juga sudah menata destinasi-destinasi yang dinilai potensial mendatangkan wisatawan.

Hanya, seperti daerah-daerah lain, sekarang karena pandemi, maka tujuan-tujuan pelancongan di Batang juga tak meriah. Namun, untuk sebatas warga lokal Batang dan sekitarnya, masih ada juga yang menyempatkan diri menengok destinasi-destinasi seperti pantai-pantai atau daerah pegunungan.

Telaga Dringo

Telaga Dringo terletak di Desa Mojo Tengah, Kecamatan Reban, Kabupaten Batang. Destinasi tersebutjuga disebut sebagai Ranu Kumbolo-nya Batang. Tempatnya berupa telaga yang dikelilingi perbukitan dari bentukan aktivitas vulkanik.

Berada di dataran tinggi, telaga cocok bagi wisatawan yang ingin menikmati pemandangan pegunungan perairan jernih. Air telaga menjadi pemandangan memukau.

Telaga berada di ketinggian 2.222 meter di atas permukaan laut (MDPL) juga menyediakan lokasi kemah para pecinta alam. Kombinasi udara sejuk serta keindahan telaga dengan air jernih membuatnya sering disandingkan dengan Ranu Kumbolo di kaki gunung Semeru, Kabupaten Lumajang.

Dengan luas 8 hektare nama Telaga Dringo berasal dari tanaman Dringo (Acorus calamus) yang tumbuh subur di sini. Perairan ini terbentuk akibat letusan Gunung Sinila pada 1.786. Pada saat letusan, Gunung Sinila hancur dan menyisakan cekungan besar berupa kawah mati yang lama kelamaan terisi air hujan dan muncullah mata air. Jadilah telaga.

Kebun Teh Pagilaran

Kebun teh Pagilaran berada di Jln Botosari, Desa Pagilaran, KecamatanBlado, menjadi wisata agro paling terkenal di Batang. Berada di ketinggian 600 hingga 1.600 mdpl dengan luas sekitar 1.130 hektare, kebon teh bukan hanya menawarkan pemandangan hijau, namun juga aktivitas wisata agro.

Di perkebunan yang dikelola Universitas Gadjah Mada melalui PT Pagilaran tersebut, pengunjung dapat menelusuri jalan-jalan sepanjang 6 km. Para wisatawan milenial umumnya sangat tertarik dengan perjalanan ini karena selain mengeksplorasi perkebunan yang berkontur tanah naik turun dan pemandangan kebun teh yang bersusun-susun, mereka dapat berfoto-foto di lingkungan serbahijau di beberapa titik.

Titik paling diburu antara lain 'Dermaga Cinta.' Di sini terdapat jembatan yang menjorok ke arah danau dengan cat berwarna merah dan kuning yang kontras dengan warna hijau di sekitarnya. Pada ujungnya terdapat bingkai berbentuk hati dengan ketinggian sekitar dua meter.

Selain pemandangan, Kebun Teh Pagilaran menawarkan udara sejuk antara 15-21 derajat Celcius. Pada malam hari, suhu bisa turun hingga 15-18 derajat Celcius. Udara yang sejuk dan segar bebas polusi cocok bagi warga kota yang merindukan suasana perdesaan.

Produksi teh Pagilaran cukup tinggi. Dari 8.000 ton teh yang diproduksi per tahun, sebesar 80 persen diekspor ke lebih dari 8 negara di Asia, Eropa, dan Amerika. Pengunjung dapat mencicipi produk teh yang tidak banyak dijual di tempat umum melalui paket wisata "tea walk."

Dalam sejarahnya, Kebun Teh Pagilaran didirikan perusahaan Belanda pada 1880. Pada 1922 digabung dengan PT Pamanoekan and Tjiasem Land setelah dibeli Pemerintah Inggris. Setelah hak guna usahanya habis pada 1964, Pemerintah Indonesia menyerahkan pengelolaan perkebunan teh ini ke Fakultas Pertanian UGM. Kemudian, dijadikan PN Pagilaran, lalu menjadi perseroan terbatas (PT).

Batang Dolphin Center

Tujuan yang mulai populer adalah Batang Dolphin Center (BDC) yang merupakan lokasi wisata sekaligus tempat penangkaran serta konservasi berbagai binatang. Namun yang paling ditonjolkan dari objek wisata di sini adalah atraksi lumba-lumba yang jarang ditemui di tempat lain.

Ada 42 jenis satwa ditangkarkan dan dikonservasi. Tidak hanya lumba-lumba, binatang lain pun ditangkarkan. Seperti zebra, gajah, banteng Afrika yang biasa disebut wildebeest, kanguru, unta, dan kuda nil.

Atraksi lumba-lumba merupakan salah satu yang diburu pengunjung. Apalagi mereka juga dapat berfoto bersama binatang mamalia cerdas ini. Atraksi lumba-lumba antara lain membawa dan melempar bola. Mereka juga bisa berdiri, masuk lingkaran, serta mendarat di lantai.

Atraksi lumba-lumba dapat disaksikan setiap hari mulai pukul 13:00 WIB. Usai pertunjukan, pengunjung, khususnya anak-anak, dapat menyentuh dan mengelus lumba-lumba. Selain itu, sambil menonton, pengunjung akan disuguhi aneka pengetahuan tentang lumba-lumba.

BDC yang berdiri di atas lahan 15 hektare mengenakan tarif masuk sebesar 40.000 rupiah pada akhir pekan dan 30.000 pada hari biasa. Ke atraksi lumba-lumba ada tiket lagi sebesar 25.000 rupiah. Mereka yang ingin menyentuh dan mengelus lumba-lumba pun harus membayar lagi.

Selain itu, wisatawan juga dapat merasakan sensasi menunggang hewan pasir atau unta untuk berjalan-jalan pinggir pantai. Tarif naik unta sebesar 20.000 rupiah, gajah 25.000 rupiah, dan kuda 10.000. Tapi durasi hanya 5 menit.

hay/G-1

Baca Juga: