Korea Central News Agency (KCNA) melaporkan lebih dari 1,2 juta orang di Korea Utara jatuh sakit dari akhir April sampai 15 Mei dengan gejala "demam" yang belum teridentifikasi dan diduga berkaitan dengan virus Corona.

Kabar tersebut diumumkan hanya dua hari setelah Korea Utara pertama kali mengakui bahwa beberapa warganya terjangkit Covid-19. Korea Utara juga melaporkan lebih dari 50 orang telah meninggal.

Ryu Yong Chol, seorang pejabat Pusat Komando Karantina Darurat Nasional, mengatakan pada TV Pusat Korea bahwa secara keseluruhan sebanyak 168 kasus yang dikonfirmasi di tujuh kota dan provinsi.

Pemimpin Kim Jong-un telah memobilisasi pasukan militer untuk mendistribusikan vaksin di negara berpenduduk hampir 26 juta orang tersebut.

"Komando Karantina Darurat Nasional mulai memberikan vaksin Tiongkok kepada tentara brigade Biro Keamanan Perbatasan ke-31," kata seorang pejabat militer dari provinsi Pyongan Utara kepada RFA.

Meskipun vaksinasi juga telah diberikan kepada Biro Keamanan Perbatasan dan unit gencatan senjata yang ditempatkan di provinsi Pyongan Utara dan Chagang, yang berbatasan dengan Tiongkok, RFA mencatat tingkat vaksinasi di Korea Utara tetap kurang dari 1 persen.

Kabar infeksi Covid-19 di Korea Utara muncul pertama kali setelah tentara yang berpartisipasi dalam parade militer pada 25 April melaporkan demam tinggi dan gejala pernapasan dan kemudian dinyatakan positif mengidap Covid-19. Sebelumnya pada awal Mei, virus corona telah menyebar di antara anggota Biro Keamanan Perbatasan dan tentara yang ditempatkan di seluruh wilayah perbatasan.

Karenanya, Delegasi Komando Karantina Darurat Nasional segera diberangkatkan ke Tiongkok untuk mendapatkan dosis vaksin Covid-19.

"Delegasi Komando Karantina Darurat Nasional pergi ke Tiongkok, menghubungi perusahaan farmasi Tiongkok Sinovac dengan kerja sama perwakilan perdagangan di Tiongkok, dan meminta dukungan untuk vaksin COVID-19," kata sumber itu kepada RFA.

Sinovac sendiri dikabarkan memberikan vaksin itu secara cuma-cuma. Seorang sumber mengatakan kepada RFA bahwa pihak berwenang Tiongkok kemungkinan besar telah memerintahkan perusahaan Sinovac untuk memberikan dosis vaksin Covid-19 ke Korea Utara.

"Vaksin dari China segera dibawa melalui laut dan patroli Biro Keamanan Perbatasan dan tentara yang ditempatkan di perbatasan divaksinasi terlebih dahulu," kata sumber itu.

"Sudah menjadi rahasia negara berapa banyak orang yang dapat divaksinasi dengan vaksin China, yang baru saja masuk untuk pertama kalinya," tambahnya.

Sementara, pejabat Korea Utara beralasan pemilihan vaksin Covid-19 yang diproduksi oleh Sinovac lantaran dapat disimpan dan diangkut pada suhu pendingin normal 2 hingga 8 derajat Celcius.

"Jika jumlah vaksin yang cukup diimpor di masa depan, warga Pyongyang dan semua personel militer di seluruh negeri akan divaksinasi," katanya kepada RFA.

RFA menuturkan warga Korea Utara, tidak akan menerima pengobatan lebih lanjut karena kurangnya akses ke obat-obatan, termasuk untuk mengobati gejala flu biasa.

"Tampaknya jumlah korban tewas akan meningkat karena mereka tidak mendapatkan obat untuk meringankan gejalanya," ujar seorang petugas medis kepada RFA.

Menurut RFA, obat flu dan demam mulai sulit ditemui setelah Komite Sentral Partai Buruh Korea mulai mengoperasikan sistem karantina darurat pada tingkat maksimum.

Parahnya, sumber medis justru memperingatkan warga Korea Utara untuk berhati-hati terhadap produk palsu yang dapat membahayakan mereka.

"Kadang-kadang, apoteker dan pengedar narkoba menjual obat flu, tapi kebanyakan palsu," katanya kepada RFA.

"Faktanya, seorang pasien demam tinggi dari distrik Sunam di Chongjin meninggal karena efek samping setelah minum obat flu yang diproduksi oleh pabrik farmasi Pyongyang."

Baca Juga: