JEJU - Berita yang santer muncul di banyak media melaporkan bahwa pemimpin Korea Utara (Korut), Kim Jong-un, dengan tegas telah mengancam akan menghancurkan Korea Selatan (Korsel). Namun dibalik semua itu ternyata ia memiliki hubungan yang lebih dekat dengan Korsel berdasarkan sebuah petunjuk dari pemakaman terpencil di sebuah pulau resor Korsel, Jeju.

Di sebuah pemakaman di sudut Pulau Jeju, terdapat 13 batu nisan bertuliskan nama marga Ko yang ternyata adalah kerabat Kim Jong-un dari ibunya yang bernama Ko Yong Hui.

Kim Jong-un adalah anggota ketiga dari keluarga Kim yang memerintah Korut setelah ayah dan kakeknya, yang disebut hagiografi resmi sebagai "garis keturunan Paektu".

Tapi kuburan di Jeju itu menceritakan kisah yang lebih luas.

Ibu Kim ternyata adalah keturunan penduduk asli Pulau Jeju yang lahir di kota pelabuhan Osaka, Jepang, pada 1952. Keluarga Ko Yong Hui beremigrasi ke Jepang pada 1929, ketika Semenanjung Korea berada di bawah pemerintahan kolonial Jepang.

Kemudian keluarga Ko Yong Hui pindah ke Korut pada era '60-an sebagai bagian dari program repatriasi selama beberapa dekade oleh Pyongyang.

Para ahli percaya bahwa Ko Yong Hui, yang merupakan pemain dengan Kelompok Musisi dan Penari Seni Mansudae, pertama kali bertemu Kim Jong Il di Pyongyang pada 1972. Keduanya lalu menjadi pasangan suami-istri pada 1975 meskipun tidak ada catatan resmi pernikahan mereka dan pasangan itu kemudian memiliki tiga anak.

Ko Yong Hui sendiri meninggal pada 2004. Banyak keluarga Ko Yong Hui, termasuk kakek buyut dari pihak ibu Kim, dimakamkan di Jeju, dan kuburan mereka saat ini tak terawat dan ini sangat kontras dengan Istana Matahari Kumsusan di Pyongyang, di mana jasad ayah dan kakek Kim yang dibalsem dan disemayamkan.

Setelah Kim berkuasa pada 2011 setelah kematian ayahnya, Kim Jong Il, banyak ahli menyoroti garis keturunan ibu Kim yang berasal dari Korsel dan Jepang ini. Namun tidak banyak di media pemerintah mengungkap tentang latar belakang dan keturuna Kim Jong-un secara umum karena untuk menunjukkan bahwa dia adalah pewaris sah warisan Gunung Paektu. Sejauh ini pun Pyongyang tidak pernah mengkonfirmasi fakta ini.

"Rezim berkuasa pasti khawatir konfirmasi hanya akan merusak legitimasi," ucap Cheong Seong-chang dari Pusat Studi Korea Utara di Institut Sejong.

Dinasti Kim sendiri mendasarkan klaim kekuasaannya pada peran Kim Il Sung sebagai pejuang gerilya yang mengusir Jepang dan memenangkan kemerdekaan Korea pada 1945.

"Garis keturunan Korsel-Jepang secara langsung bertentangan dengan mitos supremasi kepemimpinan Korut," imbuh Cheong. AFP/I-1

Baca Juga: