Media Iran melaporkan seorang anggota Dewan Keamanan Nasional Iran, Majid Mirahmadi, mengatakan pembunuhan Kolonel Sayad Khodayee sebagai "pasti pekerjaan Israel". Dirinya juga memperingatkan bahwa balas dendam yang keras akan menyusul.

"Kami akan membuat musuh menyesali ini dan tidak ada tindakan jahat musuh yang tidak akan terjawab," Jenderal Hossein Salami, Panglima Pengawal Revolusi, mengatakan dalam pidatonya pada Senin (23/5).

Ribuan pelayat yang memadati jalan-jalan di sekitar pemakaman bahkan meneriakkan "Matilah Israel" dan menyerukan pembalasan atas pembunuhannya.

Kolonel Sayad Khodayee, ditembak mati di luar rumahnya di jalan perumahan yang tenang di Teheran pada hari Minggu ketika dua pria bersenjata dengan sepeda motor mendekati mobilnya dan menembakkan lima peluru ke arahnya, menurut media pemerintah.

Seorang juru bicara perdana menteri Israel menolak mengomentari pembunuhan itu. Tetapi menurut seorang pejabat intelijen yang diberi pengarahan tentang komunikasi itu, Israel telah memberi tahu para pejabat Amerika Serikat (AS) bahwa mereka berada di balik pembunuhan itu, seperti yang dikutip dari New York Times.

New York Times melaporkan seorang pejabat intelijen, yang berbicara dengan syarat anonim untuk membahas informasi rahasia menuturkan bahwa Israel mengatakan kepada AS bahwa pembunuhan itu dimaksudkan sebagai peringatan kepada Iran untuk menghentikan operasi kelompok rahasia dalam Pasukan Quds yang dikenal sebagai Unit 840.

Unit 840 sendiri diklaim Israel ditugaskan dengan penculikan dan pembunuhan orang asing di seluruh dunia, termasuk warga sipil dan pejabat Israel, menurut pejabat pemerintah, militer dan intelijen Israel.

Pejabat Israel mengatakan Kolonel Khodayee adalah wakil komandan Unit 840, dan terlibat dalam perencanaan plot lintas batas terhadap orang asing, termasuk Israel.

Israel juga mengatakan bahwa Khodayee bertanggung jawab atas operasi unit di Timur Tengah dan negara-negara tetangga Iran dan telah terlibat selama dua tahun terakhir dalam upaya serangan teroris terhadap warga sipil Israel, Eropa dan Amerika dan pejabat pemerintah di Columbia, Kenya, Ethiopia, Uni Emirat Arab dan Siprus.

AS bahkan telah menetapkan Pengawal Revolusi sebagai kelompok teroris. Keputusan itu sekaligus menjadi titik penting dalam negosiasi dengan Iran untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir 2015.

Iran telah menuntut agar penunjukan itu dihapus sebagai syarat untuk memulihkan kesepakatan, tetapi ASt telah menolak, membiarkan negosiasi terhenti.

Israel sangat menentang kesepakatan nuklir dan beberapa analis Iran yang dekat dengan pemerintah mengatakan serangan itu ditujukan untuk menggagalkan pembicaraan nuklir pada titik yang sulit dan merusak kemungkinan bahwa Iran dan AS mungkin mencapai konsensus.

Sebaliknya, Iran seperti yang dikutip The New York Times, justrumenggambarkan sang kolonel sebagai pahlawan martir yang bergabung dengan Pengawal Revolusi saat remaja, menjadi sukarelawan sebagai tentara dalam perang Iran-Irak dan kemudian memainkan peran penting dalam pasukan Quds yang memerangi kelompok teroris Negara Islam di Suriah, sekutu dekat Iran. Dirinya bahkan dijuluki sebagai "Penjaga Tempat-tempas Suci".

Baca Juga: