Hubungan asmara yang mulanya tumbuh dengan penuh cinta sekalipun bisa berakhir dengan kekerasan karena beberapa alasan.

Berbicara kepada Insider, Naiylah Warren, seorang terapis berlisensi, menuturkan kekerasan dalam suatu hubungan asmara tak terkecuali rumah tangga dapat terjadi secara perlahan.

Kekerasan mungkin dimulai ketika salah satu dari pasangan mulai mencoba mengendalikan situasi kehidupan, keuangan, atau aspek lain dari kehidupan sehari-hari Anda. Pada kasus lain, kekerasan dalam hubungan asmara juga bisa dipicu oleh penyalahgunaan zat atau narkotika, kecanduan alkohol, dan lainnya.

Tak ada yang mudah bagi korban kekerasan, terutama yang dilakukan oleh orang terkasih yang telah menjadi pendukung emosional terdekat mereka. Bukan tidak mungkin korban akan mampu menemukan atau mempercayai orang lain.

Meski jalur hukum bisa ditempuh untuk menyelesaikan perkara kekerasan yang menimpa Anda. Warren menuturkan pentingnya untuk juga menangani kesehatan mental mereka.

Menurut Warren, korban kekerasan seringkali memiliki perasaan bersalah dan malu atas situasi yang mereka alami, dan hal ini bisa mencegah mereka untuk meninggalkan hubungan yang penuh kekerasan untuk selamanya.

Pertama, pasangan yang mengalami pelecehan mungkin merasa mandek atau kesulitan berpikir secara jernih karena diasingkan dari lingkaran orang yang dicintainya, termasuk keluarga mereka.

"Jika korban pelecehan menghabiskan lebih sedikit waktu dengan keluarga dan teman mereka, dan lebih banyak waktu dengan orang yang melecehkan mereka, korban mungkin mulai percaya bahwa mereka pantas menerima situasi tersebut", ujarnya.

Menurut Warren, pelaku kekerasan seringkali melontarkan pelecehan secara verbal untuk itu membuat korban merasa mereka pantas mendapatkan perlakuan yang tidak dapat diterima sehingga mereka tetap tinggal.

Alasan lain yang mungkin memicu korban tidak meninggalkan pasangan mereka yang kerap berlaku kasar adalah karena kepercayaan bahwa mereka dapat mengubah sifat buruk pasangan mereka.

Siklus ini dapat membuat korban merasa jika mereka dapat menanggung bagian buruk dari hubungan tersebut, mereka dapat kembali ke "fase bulan madu", tetapi Warren menegaskan bahwa itu bukanlah dinamika yang sehat.

Selain itu, korban mungkin gagal meninggalkan pasangan mereka karena pelaku meminta maaf atau berjanji tidak akan mengulangi kekerasan yang dilakukannya. Namun, ingatlah bahwa tak sedikit dari mereka yang akan mengulangi hal itu di kemudian hari.

Ingatlah, bahwa Anda tidak pantas mendapatkan perlakuan kasar karena alasan apapun. Alih-alih menenangkan pasanganmu, pertama-tama pastikan keselamatan fisik Anda terlebih dahulu.

Meski sulit, cobalah untuk diskusikan masalah yang Anda hadapi dengan keluarga atau pakar kesehatan.

Baca Juga: