Sereal dan biji-bijian mungkin menjadi dasar pola makan manusia saat ini, tetapi keduanya mungkin bukan makanan terbaik untuk mendukung fungsi otak yang optimal.
Sereal dan biji-bijian mungkin menjadi dasar pola makan manusia saat ini, tetapi keduanya mungkin bukan makanan terbaik untuk mendukung fungsi otak yang optimal.
Ketika manusia tinggal di hutan, otaknya berkembang dengan sangat pesat. Namun sekitar 200.000 hingga 150.000 tahun yang lalu, proses ini berakhir. Perkembangannya berhenti dan bahkan mulai mengalami penyusutan.
"Titik kunci dalam perjalanan evolusi kita ini telah dicatat tetapi jarang dibahas, dan maknanya diabaikan sepenuhnya," tulis sebuah makalah berjudul Return to the Brain of Eden: Restoring the Connection between Neurochemistry and Consciousness yang ditulisoleh Tony Wright dan Graham Gynn.
Peningkatan kapasitas tengkorak terjadi pada 600.000 hingga 150.000 tahun yang lalu. Sedangkan periode penyusutan otak yang terjadi sekitar 200.000 hingga 150.000 tahun yang lalu bertepatan dengan perubahan pola makan yang besar karena pada periode inilah sereal dan biji-bijian mulai mengemuka.
Sereal dan biji-bijian ini mungkin menjadi dasar pola makan manusia saat ini dan bertanggung jawab atas ledakan besar jumlah manusia. Tetapi keduanya mungkin bukan makanan terbaik untuk mendukung fungsi otak yang optimal.
Memang, penelitian terhadap kerangka dari masyarakat pertanian awal menunjukkan bahwa kesehatan yang buruk menyertai transisi awal untuk mengkonsumsi lebih banyak biji-bijian dan sereal. Kerangka yang digali dari Pantai Timur Amerika Serikat yang berasal dari sekitar tahun 1.000 Masehi menjadi bukti. Waktu itu penduduk asli Amerika yang beralih ke pertanian berbasis jagung memiliki kerangka otak lebih kecil daripada penduduk sebelumnya.
Studi kerangka dari masyarakat lain yang mengalami transisi ini menunjukkan tanda-tanda kekurangan seperti anemia. Clark Larsen, antropolog fisik yang mempelajari kerangka Pantai Timur menyatakan, "Di mana pun transisi ke sereal ini terjadi, kesehatan menurun,"tulis dia.
Diperkirakan bahwa manusia dari masyarakat agraris tersebut beruntung dapat hidup lebih dari tiga puluh tahun. Sebaliknya, kera hutan, seperti simpanse, dapat hidup selama sekitar enam puluh tahun. Dapat diasumsikan bahwa manusia di hutan dapat hidup lebih lama atau bahkan amat lama.
Lebih jauh, jika manusia di hutan berumur panjang atau bahkan lebih panjang daripada simpanse, itu akan memberikan argumen yang kuat untuk gagasan bahwa ini adalah tempat yang paling alami dan paling cocok, terutama dalam hal pola makan bagi manusia untuk hidup.
Pola Makan Leluhur
Jika evolusi sistem manusia yang unik entah bagaimana dikaitkan dengan pola makan leluhur mereka. Hal ini digunakan sistem manusia masih akan beradaptasi paling baik dengan sesuatu yang mendekatinya.
Meskipun ada perdebatan terus-menerus tentang subjek ini, sedikit yang tidak setuju dengan pandangan bahwa ada masalah yang semakin meningkat dengan makanan yang dimakan di dunia modern yang canggih.
Menurut Wright dan kawan-kawan ini adalah contoh kecil kekhawatiran yang muncul dari penelitian. Saat ini, masyarakat diberi tahu bahwa berisiko terkena penyakit karena mengkonsumsi jenis makanan yang salah.
Masalah berat badan yang disebabkan oleh kecanduan makanan cepat saji misalnya. Saat ini satu dari sepuluh anak di bawah usia empat tahun kini tergolong obesitas, dan masalah kesehatan akibat kelebihan berat badan merugikan Inggris sekitar dua miliar pound per tahun. Diperkirakan bahwa jika manusia terus mengkonsumsi makanan cepat saji, dalam waktu empat puluh tahun setengah dari populasi akan mengalami obesitas.
Lebih jauh, para ahli juga khawatir bahwa anemia akibat gizi buruk di awal kehidupan dapat berdampak jangka panjang pada perkembangan mental dan kemampuan belajar anak. Meskipun umur panjang telah meningkat selama beberapa abad terakhir, banyak orang menjalani tahun-tahun terakhir hidup mereka dengan rasa takut terhadap penyakit, jika bukan kenyataan penyakit itu sendiri, tetapi usia tua dan penyakit tidak selalu berjalan beriringan.
Di dataran tinggi Andes di benua Amerika, yang terpencil di Ekuador, terdapat komunitas orang-orang yang diklaim hidup selama 140 tahun atau lebih dan tetap lincah dan cerdas sampai akhir hayat, meskipun kebenarannya belum terbukti karena kurangnya catatan tertulis. Kematian akibat penyakit jantung dan kanker tidak diketahui di lembah-lembah pegunungan tinggi ini, tetapi banyak terjadi di kota-kota di sekitarnya.
David Davies, seorang ahli zoologi Inggris dan anggota klinik gerontologi, University College, London, yang telah melakukan studi tentang para centenarian dari Pegunungan Andes ini. Ia menemukan bahwa orang-orang yang memiliki peluang terbaik untuk mencapai usia tua yang sehat adalah mereka yang secara aktif menggunakan pikiran dan tubuh mereka, bahkan menjelang akhir rentang hidup mereka.
Dia mengamati banyak elemen kehidupan dan lingkungan mereka, dari faktor genetik hingga ketenangan dan kurangnya stres dalam cara hidup mereka. Orang-orang yang hidup paling lama ditemukan di antara mereka yang menjalani diet subsisten, yang rendah kalori dan lemak hewani.
Biasanya, makanan utama hari itu dimakan di sore hari dan terdiri dari kentang liar yang sangat kecil, yukka, keju cottage, dan bubur jagung atau kacang-kacangan. Melon dimakan untuk hidangan penutup. Terkadang sayuran hijau, kubis, atau labu ditambahkan ke dalam menu, dan tongkol jagung manis sering dibawa ke tempat kerja untuk makan siang.
Orang-orang yang bekerja di ladang makan buah sepanjang hari. Iklimnya ideal untuk buah jeruk, dan banyak buah lainnya seperti blackberry, jambu biji, dan naranjilla juga melimpah. Daging hanya dimakan sesekali, sejenis keju yang dibuat dari susu kambing atau sapi, dan telur. hay/I-1