Nara - Mantan Perdana Menteri Shinzo Abe, pemimpin terlama di Jepang, meninggal Jumat (8/7) beberapa jam setelah dia ditembak ketika sedang berkampanye untuk pemilihan parlemen. Insiden itu mengejutkan negara di mana kekerasan politik jarang terjadi dan senjata dikendalikan dengan ketat.

Seperti dikutip dari VoA, tim dokter berjuang untuk menyelamatkan Abe tetapi dia meninggal pada pukul 17:03 waktu setempat, sekitar lima setengah jam setelah ditembak, kata Hidetada Fukushima, profesor yang bertanggung jawab atas fasilitas medis darurat di Rumah Sakit Universitas Medis Nara, tempat Abe dibawa dengan helikopter.

Abe meninggal karena kehabisan darah akibat dua luka dalam. Satu di sisi kanan lehernya, tambah Fukushima. Mantan pemimpin Jepang itu tidak memiliki tanda-tanda vital ketika dia dibawa masuk ruang gawat darurat.

Menurut Fukushima, Abe juga menerima lebih dari 100 unit transfusi darah dalam empat jam karena ia mengalami pendarahan akibat luka di jantung.

Mantan Perdana Menteri Shinzo Abe yang berusia 67 tahun meninggal dunia pada Jumat (8/7) setelah ditembak saat berkampanye untuk pemilihan parlemen, menurut lembaga penyiaran publik NHK.

Seorang pria menembaki pemimpin terlama di Jepang itu dari belakang dengan senjata buatan sendiri saat dia berpidato dalam kampanye pemilihan parlemen di wilayah bagian barat dari kota Nara.

Insiden penembakan terhadap Abe merupakan pembunuhan pertama terhadap seorang pejabat atau mantan perdana menteri Jepang sejak zaman militerisme sebelum perang di tahun 1930-an.

Berbicara sebelum pengumuman meninggalnya Shinzo Abe, Perdana Menteri Fumio Kishida sangat mengutuk penembakan itu.

Sementara rakyat Jepang dan para pemimpin dunia terkejut atas insiden penembakan yang menewaskan Shinzo Abe di negara yang jarang terjadi kekerasan politik serta ketatnya kontrol senjata.

"Serangan ini adalah tindakan brutal yang terjadi selama pemilihan - dasar dari demokrasi kita - dan benar-benar tidak dapat dimaafkan," kata Kishida, berjuang untuk menahan emosinya.

Baca Juga: