WASHINGTON - Dalam pertemuan pejabat-pejabat yang masih berkuasa maupun yang sudah lengser dan eksekutif sektor swasta, Jumat (16/9), di Washington, kekhawatiran mencuat bahwa Amerika tertinggal dari Tiongkok dalam pengembangan beberapa teknologi penting, dan bahwa Amerika menghadapi masa depan yang tidak pasti di mana negara-negara lain bisa menantang dominasinya sejauh ini dalam pengembangan komunikasi dan teknologi komputasi yang mutakhir.

Pertemuan itu diselenggarakan Proyek Studi Kompetitif Khusus (SCSP). Upaya yang dipelopori mantan CEO Google Eric Schmidt itu bertujuan "memastikan bahwa Amerika diposisikan dan diatur untuk memenangkan persaingan tekno-ekonomi antara sekarang dan 2030, masa penting untuk membentuk masa depan."

Seperti dikutip dari VoA, sentimen yang muncul di kalangan peserta adalah kemampuan bangsa ini untuk bisa memenangkan kompetisi itu, terancam.

Hanya beberapa hari sebelum KTT, SCSP merilis laporan yang memprediksi apa yang akan terjadi jika Tiongkok unggul dalam teknologi global. Laporan itu membayangkan masa depan di mana Tiongkok, bukan Amerika, meraup pendapatan triliunan dolar dari kemajuan teknologi baru. Negara itu menggunakan pengaruhnya untuk menyatakan bahwa otokrasi, bukan demokrasi, adalah bentuk pemerintahan yang unggul.

Akhirnya, laporan itu memperingatkan, bahwa di bawah skenario seperti itu, teknologi militer Amerika akan kalah dari Tiongkok dan pesaing lain, dan Tiongkok mungkin dalam posisi untuk memutus pasokan "mikroelektronika dan input teknologi penting lainnya."

Baca Juga: