Di tengah semakin banyaknya penelitian yang menunjukkan bahwa mikroba pada saluran pencernaan berkontribusi tak hanya pada kesehatan fisik tapi juga kesehatan mental, semakin penting pula bagi kita untuk mengonsumsi makanan bernutrisi.

Mikroba usus bertugas mengubah makanan yang kita konsumsi menjadi ribuan enzim, hormon, vitamin, dan metabolit lain yang memengaruhi segalanya, mulai dari kesehatan mental dan sistem kekebalan hingga risiko penyakit kronis. Meski korelasi antara mikroba usus dengan kesehatan mental masih dipertanyakan, efeknya bagi kesehatan fisik telah terbukti.

Mikrobiota usus tampaknya berperan dalam perkembangan obesitas, di mana sebagian besar penelitian terhadap orang yang kelebihan berat badan dan obesitas menunjukkan dysbiosis atau ketidakseimbangan rasio bakteri, yang ditandai dengan keragaman yang lebih rendah.

Studi bertajuk Role of The Gut Microbiota In Nutrition And Health, menunjukkan keragaman bakteri yang lebih rendah telah diamati secara reproduktif pada orang dengan penyakit radang usus, artritis psoriatik, diabetes tipe 1, eksim atopik, obesitas, diabetes tipe 2, dan kekakuan arteri.

Faktanya, Makanan yang kita konsumsi, bersama dengan lingkungan dan perilaku gaya hidup, tampaknya memainkan peran yang jauh lebih besar dalam membentuk mikrobioma usus daripada genetika. Atas dasar itu penting untuk menjaga keberagaman mikrobiota usus melalui pola makan yang sehat. Secara umum, para ilmuwan telah menemukan bahwa semakin beragam pola makan seseorang, maka semakin beragam pula mikrobioma usus mereka.

Dalam penelitian Gut Microbiome Diversity And High-Fibre Intake Are Related To Lower Long-Term Weight Gain, yang diterbitkan dalam International Journal of Obesity, menemukan bahwa orang yang memiliki tingkat keanekaragaman mikroba yang tinggi juga mengonsumsi serat dengan tingkat yang lebih tinggi.

Berbicara kepada The Washington Post, Tim Spector, profesor epidemiologi genetik di King's College London dan pendiri British Gut Project, menyarankan untuk mengonsumsi berbagai macam sayuran kaya serat dan makanan padat nutrisi untuk menjaga keberagaman mikrobiota usus.

Selain buah dan sayur, Spector juga menyarankan untuk menambah variasi makanan nabati yang dikonsumsi setiap minggu. Misalnya, mengonsumsi berbagai sayuran berbeda sebagai salad atau lalapan setiap harinya. Atau menambahkan beberapa sayuran berbeda ke dalam tumisan. Penting juga untuk mengonsumsi lebih banyak kacang-kacangan, biji-bijian, buncis, dan biji-bijian lain yang baik untuk mikrobioma usus.

Spector menjelaskan makanan nabati mengandung serat larut yang dapat melewati sebagian besar saluran pencernaan manusia, hingga mencapai usus besar. Di sanalah, pangan nabati itu dimakan oleh mikroba usus yang kemudian mengubah serat menjadi senyawa bermanfaat yang dapat menurunkan peradangan dan membantu mengatur nafsu makan dan kadar gula darah.

Ukuran penting lain dari kesehatan usus adalah rasio seseorang dari mikroba bermanfaat dengan yang berpotensi berbahaya. Dalam sebuah penelitian terhadap 1.100 orang di Amerika Serikat dan Inggris yang diterbitkan tahun lalu di Nature Medicine, Spector dan tim ilmuwan di Harvard, Stanford dan universitas lain mengidentifikasi kelompok mikroba usus "baik" yang melindungi orang dari penyakit kardiovaskular, obesitas. dan diabetes. Mereka juga mengidentifikasi kelompok mikroba "jahat" yang memicu peradangan, penyakit jantung, dan kesehatan metabolisme yang buruk.

Cara lain untuk menyehatkan mikrobiota usus adalah dengan mengonsumsi makanan fermentasi seperti yogurt, kimchi, dan lainnya. Studi Gut-Microbiota-Targeted Diets Modulate Human Immune Status menunjukkan, rutin mengonsumsi berbagai makanan fermentasi setiap hari selama 10 minggu terbukti dapat meningkatkan keragaman mikroba usus dan menurunkan tingkat peradangan. Mikroba dalam makanan fermentasi, yang dikenal sebagai probiotik, menghasilkan vitamin, hormon, dan nutrisi lainnya.

Baca Juga: