Judul : Dari Indonesia Memandang Dunia

Editor : Prof Dorodjatun Kuntjoro-Jakti

Penerbit : Obor

Terbit : 2017

Tebal : 188 + xii

ISBN : 978-602-433-446-8

Mengaji isu global sekarang dibutuhkan integrasi berbagai ilmu pengetahuan untuk memahami, menjelaskan, maupun memprediksi berbagai fenomena. Buku Dari Indonesia Memandang Dunia ini merupakan kumpulan hasil penelitian staf pengajar/peneliti Universitas Indonesia tentang permasalahan global dengan memakai sudut pandang berbagai disiplin ilmu.

Buku ini terdiri dari enam bagian yang merupakan tulisan dari enam pusat kajian UI tentang APEC, Amerika, Eropa, Jepang, dan wanita. Bagian pertama mengenai Asia Pasific Economic Cooperation (APEC): Beragam jalan menuju Bogor Goals. Bogor Goals atau The Bogor Goals berupa tujuan anggota ekonomi APEC untuk menjadikan kawasan regional bebas dan terbuka bagi perdagangan dan investasi (hal 3).

Artikel ini menggambarkan tingkat kesuksesan Bogor Goals tahun 2020 nanti. Dalam tulisan ini ditemukan kesulitan dalam mengukur kesuksesan Bogor Goals karena tidak ada definisi spesifik sehingga menyebabkan penafsiran berbeda-beda.

Bagian kedua merupakan hasil penelitian Pusat Kajian Wilayah Amerika yang membandingkan perkembangan hukum paman Sam dan Indonesia dalam konteks internasionalisasi. Yang menarik dari penelitian ini, hukum bukan saja sebagai alat, tetapi tolak ukur kesepakatan politik negara-negara (hal 27). Dalam hal ini dipakailah NAFTA (Perjanjian Perdagangan Amerika Utara) sebagai sebuah kerangka hukum perdagangan bebas kawasan. Dalam perdagangan internasional, kepastian hukum sangat diperlukan dalam transaksi perdagangan (hal 55).

Pusat Kajian Timur Tengah dan Islam membahas konflik Timur Tengah bukanlah masalah kepemimpinan yang tiran. Ini terkait konstruksi yang dimainkan geopolitik global terhadap kawasan tersebut. Kepentingan di kawasan tersebut didasari orientasi minyak, perubahan kepemimpinan nasional kawasan tersebut yang lebih pro kepentingan negara tertentu. Kemudian juga berubahnya sikap politik barat khususnya Amerika Serikat terhadap nuklir Iran serta kelahiran Islamic State of Iraq and Syams (ISIS) dengan pola konstan (hal 67).

Sedangkan Pusat Kajian Eropa membahas identitas Rusia sebagai pembelajaran bagi Indonesia. Bangsa Indonesia dan Rusia merupakan multietnis. Kedua negara tersebut juga menghadapi masalah sama yakni reformasi (hal 92). Kajian menggunakan pendekatan sejarah. Dengan menoleh ke Rusia sebagai negara maju, seharusnya menjadi bahan pembelajaran Indonesia agar tidak terjadi disintegrasi dengan menyatukan keberagaman berlandaskan prinsip Bhinneka Tunggal Ika.

Pusat Studi Jepang mengaji literatur dalam Novel M/T to Mori no Fushigino Monogatari karya Oe Kenzaburo. Menariknya, dalam membedah novel tersebut penulis mengaitkan dengan Indonesia, sejarah G30S/PKI. Poin yang ditekankan, perlunya penulisan sejarah oleh mereka yang terpinggirkan. Dalam literatur yang membahas seputar peristiwa tersebut terlalu didominasi rezim penguasa, sehingga kebenaran sejarah hanya dipanndang dari sudut penguasa.

Dalam lingkup Indonesia, juga dikaji tingkat kematian ibu di berbagai desa yang tidak terakses bantuan alat persalinan. Hipotesis yang ditawarkan didasari minimnya tingkat partisipasi dalam musyawarah. Ini membuat proses perumusan kebijakan yang mewakili suara perempuan masih jauh dari harapan. Penelitian dilakukan di Brebes, Sukabumi, dan Manado.

Diresensi Muhammad Isnain Abd Malik, Mahasiswa Hubungan Internasional, Universitas Jayabaya

Baca Juga: