Wakil Presiden Argentina Cristina Fernandez de Kirchner dilaporkan selamat dari upaya penyerangan yang dilakukan seorang pria bersenjata pada Kamis malam (1/9).

Insiden itu terjadi di gerbang kediamannya di ibu kota Buenos Aires, ketika ratusan pengunjuk rasa berkumpul selama beberapa hari ini untuk mendukung mantan presiden itu, yang sedang menghadapi persidangan kasus dugaan korupsi.

"Seorang pria menodongkan senjata api ke kepalanya dan menarik pelatuknya. Cristina masih hidup karena, untuk beberapa alasan yang belum dikonfirmasi, senjata itu tidak menembak," kata Presiden Argentina Alberto Fernandez dalam pidato yang disiarkan televisi, dikutip dari Reuters, Jumat (2/9).

Presiden mengatakan pistol itu telah diisi dengan lima peluru.

"Ini adalah peristiwa paling serius yang kami lalui sejak Argentina kembali ke demokrasi," ucapnya.

Sementara itu, Menteri Ekonomi Sergio Massa menyebut insiden itu "percobaan pembunuhan".

"Ketika kebencian dan kekerasan mengalahkan perdebatan, masyarakat hancur dan situasi seperti ini meningkat, percobaan pembunuhan," ujarnya di Twitter.

Juru bicara kepolisian mengatakan bahwa seorang pria bersenjata telah ditangkap di dekat kediaman sang wapres dan "sepucuk senjata ditemukan beberapa meter dari lokasi kejadian". Dia mengatakan pria tersebut mungkin berasal dari Brazil.

Rekaman TV memperlihatkan tidak satu pun tembakan dilepaskan setelah pria itu mengarahkan pistolnya ke Fernandez di tengah kerumunan. Media mengatakan bahwa pria itu sepertinya berusia paruh baya.

Mengutip sumber resmi, harian Clarin melaporkan bahwa pistol yang dipegang tersangka berisi peluru.

Para pejabat pemerintah dan tokoh oposisi, serta politisi dari negara-negara Amerika Latin, mengungkapkan rasa solidaritasnya dengan Fernandez de Kirchner, yang menjabat Presiden Argentina selama dua periode pada 2007-2015.

Penerusnya, Mauricio Macri, mengatakan insiden itu memerlukan "klarifikasi segera dan mendalam" dari pejabat kehakiman dan pasukan keamanan.

"Cristina adalah korban dari seorang fasis kriminal yang tidak tahu cara menghormati perbedaan," kata calon Presiden Brazil, Luiz Inacio Lula da Silva.

"Puji Tuhan, dia selamat tanpa terluka," lanjutnya.

Namun, sejumlah politikus mengabaikan parahnya kejadian itu.

"Ini tampak seperti tindakan ceroboh seorang yang labil dan tak punya kaitan dengan politik," kata anggota parlemen Martin Tetaz.

Baca Juga: