JAKARTA - Inggris mengumumkan pada Senin (7/11) bahwa menteri perdagangannya bertolak ke Taiwan untuk pembicaraan secara pribadi pertama sejak pandemi Covid-19 untuk memperkuat ikatan dengan pulau itu.

Menteri Kebijakan Perdagangan Inggris Greg Hands akan menjadi co-host dalam pembicaraan tahunan dan pertemuan dengan Presiden Taiwan Tsai Ing-wen selama kunjungan dua hari , kata Departemen Perdagangan Internasional.

"Kunjungan itu sinyal kuat dari komitmen Inggris unuk meningkatkan hubungan perdagangan Inggris-Taiwan. Seperti Inggris, Taiwan merupakan juaranya perdagangan bebas dan adil yang didukung oleh sistem perdagangan global," kata departemen dalam sebuah pernyataan.

Tidak disebutkan kapan Hands akan tiba di Taiwan.

Hands mengatakan "peningkatan perdagangan dengan "mitra penting" seperti Taiwan sebagai bagian dari Inggris pasca-gerakan Brexit menuju kolaborasi yang lebih dekat dengan Indo-Pasifik akan membantu ekonomi kita di tahun-tahun mendatang."

Taiwan mendapat kunjungan tiba-tiba dari para pejabat dan parlemen asing dalam beberapa bulan terakhir. Yang paling menonjol adalah kunjungan Ketua DPR AS Nancy Pelosi yang memicu kemarahan Beijing.

Tiongkok mengklaim pulau yang memiliki pemerintah sendiri itu sebagai bagian dari teritorinya yang suatu hari akan dikuasai dengan kekuatan jika perlu, dan menentang gerakan apapun yang memberikan legitimasi internasional kepada Taiwan.

Tiongkok menggelar latihan-latihan militer yang belum pernah dilakukan sebelumnya sebagai balasan atas kunjungan Pelosi pada Agustus lalu, meningkatkan ketegangan di kawasan itu.

Seperti banyak negara lainnya, Inggris secara diplomatik mengakui 'kekuasaan' Beijing atas Taipei namun menjaga hubungan tidak resmi dengan Taiwan melalui kantor perwakilannya di sana.

Inggris mengatakan dalam pembicaraan tersebut akan disampaikan tantangan-tantangan di berbagai sektor seperti "fintech, makanan dan minuman, serta farmasi" dan bahwa perdagangan antar kedua belah pihak telah meningkat 14 persen dalam dua tahun terakhir menjadi 8 miliar poundsterling (9 miliar dolar AS).

Baca Juga: