JAKARTA - Nilai tukar (kurs) rupiah berpotensi melanjutkan penguatannya, hari ini (4/4). Pelaku pasar akan mencerna data manufaktur dan nonfarm payrolls (NFP) AS pada Maret 2023.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menilai pelaku pasar akan mengamati lebih banyak tanda-tanda pelemahan di pasar tenaga kerja yang dapat membuka jalan bagi bank sentral Amerika Serikat (AS) atau Federal Reserve (The Fed) bersikap dovish atau melunak dalam menormalisasi kebijakan moneter tahun ini.

Ibrahim memproyeksikan kurs rupiah terhadap dollar AS dalam perdagangan di pasar uang antarbank, Selasa (4/4), bergerak di kisaran 14.930-15.010 per dollar AS dengan kecenderungan menguat.

Sebelumnya, nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Senin (3/4), menguat 25 poin atau 0,16 persen dari akhir pekan lalu menjadi 14.971 rupiah per dollar AS seiring menurunnya inflasi Indonesia pada Maret 2023.

"Masih terjaganya inflasi dapat menjadi sentimen baru bagi rupiah dari dalam negeri," kata analis Pasar Uang Bank Mandiri Reny Eka Putri di Jakarta.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi tahunan atau year-on-year (yoy) Maret 2023 mencapai 4,97 persen karena terdapat peningkatan indeks harga konsumen (IHK) dari 108,95 pada Maret 2022 menjadi 114,36. Jika dilihat dari tren, inflasi tahunan pada Maret 2023 menurun dari level 5,28 persen (yoy) pada Januari 2023 dan 5,47 persen (yoy) pada Februari 2023.

Selain itu, Reny menuturkan capital inflow yang berlanjut dalam negeri juga dapat mendukung penguatan rupiah. Sementara ketidakpastian global masih berlanjut dan pasar akan menunggu dan mencermati terhadap data ketenagakerjaan Amerika Serikat (AS) yang akan dirilis pada akhir pekan ini.

Baca Juga: