JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpotensi melanjutkan tren negatif jelang akhir pekan ini. Pelaku pasar diperkirakan bersikap menunggu atau wait and see data pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS).

Head of Research at Investasiku Mega Capital Sekuritas, Cheril Tanuwijaya menilai data produk domestik bruto (PDB) AS pada kuartal IV-2023 itu akan menjadi pertimbangan bank sentral setempat atau the Fed memulai pemangkasan suku bung acuan ke depan. Karenanya, dia memproyeksikan IHSG dalam perdagangan, Jumat (26/1), bergerak konsolidasi melemah dengan kisaran 7.150-7.200.

Sebelumnya, IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (25/1), ditutup melemah dipimpin oleh saham-saham sektor keuangan. IHSG ditutup melemah 49,78 poin atau 0,69 persen ke posisi 7.178,04. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 turun 6,45 poin atau 0,67 persen ke posisi 959,79.

"Bursa Asia didominasi penguatan, yang terpengaruh oleh kebijakan bank sentral Tiongkok yang akan menopang pemulihan ekonomi dalam negerinya," sebut Tim Riset Pilarmas Investindo Sekuritas dalam kajiannya di Jakarta.

Stimulus baru di Tiongkok meningkatkan sentimen pasar di kawasan Asia-Pasifik, dimana Tiongkok berjanji untuk mengurangi rasio persyaratan cadangan bank sebesar 50 basis poin pada bulan depan, serta melepaskan sekitar satu triliun yuan pendanaan jangka panjang ke pasar.

Para pelaku pasar juga akan menantikan konferensi pers Presiden European Central Bank (ECB) Christine Lagarde untuk mendapatkan petunjuk mengenai waktu penurunan suku bunga pada tahun ini.

Dibuka melemah, IHSG betah di teritori negatif sampai penutupan sesi pertama perdagangan saham. Pada sesi kedua, IHSG masih betah di zona merah hingga penutupan perdagangan saham.

Berdasarkan Indeks Sektoral IDX-IC, lima sektor meningkat yaitu dipimpin sektor energi yang meningkat sebesar 1,48 persen, diikuti sektor berang baku dan sektor industri yang masing-masing naik sebesar 0,53 persen dan 0,44 persen.

Baca Juga: