JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS berpotensi menguat, hari ini (13/10), setelah stagnan sehari sebelumnya. Pergerakan rupiah bakal dipengaruhi sentimen eksternal, terutama data inflasi di Amerika Serikat (AS).

Data inflasi AS akan menjadi pertimbangan bagi bank sentral setempat atau Federal Reserve (the Fed) menetukan nasib upaya normalisasi kebijakan moneter ke depan. Jika data inflasi yang dirilis, Kamis (12/10) malam cenderung melemah, maka rupiah kemungkinan menguat. Sebaliknya, apabila data inflasi menguat, rupiah berpeluang melemah.

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menilai pelemahan inflasi AS akan makin memperkuat kemungkinan the Fed menahan suku bunganya di tahun ini. Hal itu juga mendukung kemungkinan the Fed memotong suku bunga lebih cepat dibandingkan perkiraan awal.

Karenanya, Josua memproyeksikan kurs rupiah dalam perdagangan di pasar uang antarbank, Jumat (13/10), bergerak menguat di kisaran 15.650- 15.750 rupiah per dollar AS.

Sebelumnya, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS dalam penutupan perdagangan, Kamis (12/10), ditutup stagnan dari sehari sebelumnya menjadi 15.700 rupiah per dollar AS.

Analis Bank Woori Saudara BWS Rully Nova menyatakan rupiah bergerak stagnan karena dipengaruhi imbal hasil atau yield obligasi Amerika Serikat (AS) yang menurun serta wait and see atau menunggu para investor menjelang rilis data inflasi Consumer Price Index (CPI) AS.

"Data inflasi CPI AS akan rilis malam ini. Prediksi data inflasi CPI AS per September 2023 turun menjadi 3,6 persen," ujar dia di Jakarta, kemarin.

Baca Juga: